Islamabad (ANTARA News/AFP) - Pakistan menyatakan, 35 militan tewas Rabu dalam operasi militer di Lembah Swat di wilayah baratlaut -- pertempuran paling mematikan di distrik itu sejak sebuah perjanjian perdamaian ditandatangani pada Februari.

"Ada 35 militan yang tewas di daerah dekat tambang zamrud itu," kata jurubicara militer Mayjen Athar Abbas kepada AFP.

"Itu merupakan aksi balasan setelah militan menyerang pasukan dan bangunan pemerintah," tambahnya.

Seorang pejabat militer di daerah tersebut mengatakan, militan-militan itu tewas dalam serangan darat dan udara di lembah yang pernah menjadi tujuan wisata itu. Swat terletak di Pakistan baratlaut dimana kelompok garis keras Taliban mengobarkan pemberontakan berdarah selama dua tahun.

"Kami menggunakan meriam dan helikopter untuk melakukan pemboman dan kemudian mengerahkan pasukan kami ke daerah tersebut," kata pejabat itu, yang menegaskan bahwa daerah tambang itu telah dikuasai kembali.

Ada laporan-laporan mengenai kematian warga sipil dalam pertempuran Rabu, namun pejabat itu menyatakan tidak memiliki penjelasan terinci lebih lanjut.

Pejabat-pejabat setempat mengatakan, lebih dari 40.000 orang meninggalkan kota utama Swat, Mingora, dalam 24 jam terakhir ketika pertempuran berkobar.

Pasukan keamanan Pakistan akhir bulan lalu melancarkan dua ofensif militer, di Lower Dir dan Buner, daerah-daerah dekat Swat dimana gerilyawan bersenjata Taliban berusaha mendorong pemberlakuan hukum Islam.

Sebuah pernyataan militer mengatakan, serangan-serangan militan terhadap pasukan keamanan di Swat merupakan "pelanggaran berat" atas perjanjian perdamaian dan empat prajurit teweas dalam pertempuran di Swat sejak Selasa.

Serangan-serangan militan di Pakistan, negara sekutu penting AS, menewaskan lebih dari 1.700 orang di negara itu, terutama di kawasan suku baratlaut, sejak Juli 2007.

Kawasan suku Pakistan, terutama Bajaur, dilanda kekerasan sejak ratusan Taliban dan gerilyawan Al-Qaeda melarikan diri ke wilayah itu setelah invasi pimpinan AS pada akhir 2001 menggulingkan pemerintah Taliban di Afghanistan.

Pemimpin Al-Qaeda di Pakistan dan deputinya tewas pada 1 Januari dalam serangan udara yang diduga dilakukan pesawat tak berawak AS di Waziristan Selatan, menurut sejumlah pejabat keamanan setempat.

Para pejabat yakin bahwa Usama al-Kini, yang disebut-sebut sebagai pemimpin operasi Al-Qaeda di Pakistan, mendalangi serangan bom truk terhadap Hotel Marriott di Islamabad pada September lalu, dan memiliki hubungan dengan serangan-serangan bom pada 1998 terhadap Kedutaan Besar AS di Afrika.

Pasukan Amerika menyatakan, daerah perbatasan Pakistan digunakan kelompok militan sebagai tempat untuk melakukan pelatihan, penyusunan kembali kekuatan dan peluncuran serangan terhadap pasukan koalisi di Afghanistan.

Pakistan mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas pemberontak terhadap pasukan internasional di Afghanistan.

Pakistan menempatkan sekitar 120.000 prajurit di sepanjang perbatasan itu dan menekankan bahwa tanggung jawab menghentikan penyusupan juga bergantung pada pasukan keamanan yang berada di Afghanistan.

Menurut militer Pakistan, lebih dari 1.500 militan tewas sejak mereka melancarkan ofensif di Bajaur pada awal Agustus, termasuk komandan operasional Al-Qaeda di kawasan itu, Abu Saeed Al-Masri yang berkebangsaan Mesir.

Daerah itu juga dihantam serangan rudal yang hampir mengenai Ayman al-Zawahiri, orang kedua Osama bin Laden, pada Januari 2006.

Terdapat sekitar 70.000 pengungsi Afghanistan di Bajaur, yang tinggal di sana sejak akhir 1970-an setelah mereka melarikan diri dari invasi Uni Sovyet ke Afghanistan.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009