Peshawar, Pakistan (ANTARA News/AFP) - Pemerintah Pakistan hari Kamis memerintahkan militer melenyapkan "teroris", sementara pasukan darat dan udara terus menggempur posisi militan yang disebut Washington sebagai ancaman bagi keberadaan negara yang bersenjatakan nuklir itu.

Helikopter-helikopter serang dan pesawat tempur membom sejumlah lokasi yang dicurigai sebagai tempat persembunyian Taliban di Lembah Swat selama pertempuran paling mematikan untuk menguasai distrik wilayah baratlaut itu sejak pemerintah mencapai sebuah perjanjian perdamaian pada Februari dengan kelompok garis keras.

Perdana Menteri Yousuf Raza Gilani menyampaikan pidato di televisi yang mendesak rakyat negara itu bersatu melawan kelompok ekstrim, yang menurutnya mengancam kedaulatan negara itu dan yang melanggar perjanjian perdamaian dengan melancarkan serangan-serangan.

Perjanjian yang kontroversial antara pemerintah dan ulama garis keras pro-Taliban untuk memberlakukan hukum Islam di sebuah kawasan di Pakistan baratlaut yang berpenduduk tiga juta orang seharusnya mengakhiri pemberontakan Taliban yang telah berlangsung hampir dua tahun.

"Untuk memulihkan kehormatan dan martabat negeri kita, dan untuk melindungi rakyat, maka angkatan bersenjata diperintakan melenyapkan militan dan teroris," kata Gilani, yang mengenakan pakaian tradisional Pakistan.

Ribuan warga sipil telah meninggalkan Swat, daerah yang dulu tujuan wisata dan kini menjadi markas Taliban, dengan berjalan kaki atau naik kendaraan untuk menghindari pertempuran, dan Palang Merah memperingatkan bahwa krisis kemanusiaan sedang memuncak.

Sehari sebelumnya, Rabu, 35 militan tewas dalam operasi militer di Lembah Swat di wilayah baratlaut -- pertempuran paling mematikan di distrik itu sejak sebuah perjanjian perdamaian itu ditandatangani pada Februari.

Seorang pejabat militer di daerah tersebut mengatakan, militan-militan itu tewas dalam serangan darat dan udara di lembah yang pernah menjadi pesona wisatawan itu.

Kawasan suku Pakistan, terutama Bajaur, dilanda kekerasan sejak ratusan Taliban dan gerilyawan Al-Qaeda melarikan diri ke wilayah itu setelah invasi pimpinan AS pada akhir 2001 menggulingkan pemerintah Taliban di Afghanistan.

Pemimpin Al-Qaeda di Pakistan dan deputinya tewas pada 1 Januari dalam serangan udara yang diduga dilakukan pesawat tak berawak AS di Waziristan Selatan, menurut sejumlah pejabat keamanan setempat.

Para pejabat yakin bahwa Usama al-Kini, yang disebut-sebut sebagai pemimpin operasi Al-Qaeda di Pakistan, mendalangi serangan bom truk terhadap Hotel Marriott di Islamabad pada September lalu, dan memiliki hubungan dengan serangan-serangan bom pada 1998 terhadap Kedutaan Besar AS di Afrika.

Pasukan Amerika menyatakan, daerah perbatasan Pakistan digunakan kelompok militan sebagai tempat untuk melakukan pelatihan, penyusunan kembali kekuatan dan peluncuran serangan terhadap pasukan koalisi di Afghanistan.

Pakistan mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas pemberontak terhadap pasukan internasional di Afghanistan.

Pakistan menempatkan sekitar 120.000 prajurit di sepanjang perbatasan itu dan menekankan bahwa tanggung jawab menghentikan penyusupan juga bergantung pada pasukan keamanan yang berada di Afghanistan.

Menurut militer Pakistan, lebih dari 1.500 militan tewas sejak mereka melancarkan ofensif di Bajaur pada awal Agustus, termasuk komandan operasional Al-Qaeda di kawasan itu, Abu Saeed Al-Masri yang berkebangsaan Mesir.

Daerah itu juga dihantam serangan rudal yang hampir mengenai Ayman al-Zawahiri, orang kedua Osama bin Laden, pada Januari 2006.

Terdapat sekitar 70.000 pengungsi Afghanistan di Bajaur, yang tinggal di sana sejak akhir 1970-an setelah mereka melarikan diri dari invasi Uni Sovyet ke Afghanistan.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009