Jakarta (ANTARA) - Di tengah maraknya pandemi virus Corona (COVID-19) di Tanah Air, yang mengakibatkan Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta bergejolak, saham emiten unggulan yang tergabung dalam LQ45 dinilai tetap menarik dan “seksi’ di mata investor.

“Harga sejumlah saham saat ini sudah terbilang murah (undervalued), sehingga merupakan kesempatan untuk masuk pasar dan mengoleksi saham-saham LQ45,” kata Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus dalam keterangannya di Jakarta, Selasa mengatakan,

Menurutnya, jika penanganan pandemi COVID-19 bisa lebih cepat selesai maka perlahan-lahan kepercayaan investor mulai pulih dan pasar lebih bergairah.

Saham yang direkomendasikan untuk dikoleksi di antaranya saham PT Indofarma Tbk (INAF), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Unilever Indonesia TBK (UNVR), dan PT Astra International Tbk (ASII).

Baca juga: Bahana TCW sebut harga saham sudah murah, saatnya akumulasi

Diyakini, saham-saham emiten berkapitalisasi pasar besar ini akan cepat berbalik arah di kala indeks membaik. Apalagi, emiten-emiten tersebut memiliki fundamental yang bagus dan telah terbukti mampu bertahan di saat ekonomi mengalami kontraksi.

Hal ini terbukti pada saat IHSG menguat 188,40 poin atau naik 4,07 persen ke level 4.811,83 pada akhir perdagangan Senin (6/4), saham ASII merupakan salah satu saham yang paling aktif diperdagangkan dengan nilai transaksi sebesar Rp282,2 miliar.

Saham lain yang juga diincar investor yakni PT Bank Rakyat Indonesia TBk (BBRI) dengan nilai transaksi Rp845,25 miliar dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dengan nilai transaksi Rp 375,77 miliar.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Asosiasi Emiten Indonesia Samsul Hidayat mengatakan, prospek pasar modal masih tetap menjanjikan, apalagi terhadap emiten dengan kapitaliasi pasar besar yang mempunyai banyak bidang usaha.

Mantan Direktur Penilaian Perusahaan BEI ini mengatakan, emiten yang memiliki ragam usaha biasanya lebih mampu bertahan dan berkelanjutan karena jenis investasinya berbeda-beda, sehingga bisa saling menutupi jika terjadi penurunan.

Baca juga: Pasar saham menguat sepekan, OJK: Sinyal positif bagi Indonesia

Di sisi lain, laporan kinerja perseroan tahun 2019 yang sudah mulai dipublikasikan akan menjadi pijakan investor dalam menentukan keputusannya.

Berdasarkan laporan kinerja 2019, PT Astra International Tbk (ASII) tercatat meraih laba bersih Rp21,71 triliun atau naik tipis 0,18 persen dari Rp 21,67 triliun pada tahun sebelumnya, dengan laba bersih saham (EPS) stabil di Rp 536 per lembar.

Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menunjukkan, penjualan mobil grup Astra pada Februari 2020 mencapai 43.065 unit, meningkat 5,76 persen dari Januari 2020.

Kendati penjualan otomotif tahun ini diprediksi akan turun 30 persen akibat pandemi virus Corona, tetapi saham ASII tetap menarik untuk dikoleksi.

Emiten multinasional dengan kapitalisasi pasar Rp153,84 triliun ini memiliki beragam lini bisnis di antaranya otomotif, jasa keuangan, alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi, agribisnis, infrastruktur dan logistik, teknologi informasi, serta properti.

Selain saham ASII, sejumlah perusahaan grup Astra yang juga mencatatkan sahamnya di bursa efek Indonesia yakni PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) yang bergerak di sektor perkebunan, PT Acset Indonusa Tbk (ACST) yang bergerak di kontruksi bangunan, Astra Graphia Tbk (ASGR) yang bergerak di jasa komputer & perangkat komputer lainnya.

Selanjutnya, PT Astra Autopart Tbk (AUTO) yang bergerak di sektor Otomotif & Komponen, PT United Tractor Tbk (UNTR) di sektor Perdagangan Besar Barang Produksi, serta PT Bank Permata Tbk (BNLI) di sektor perbankan.

Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020