Tokyo (ANTARA News) - Jepang dan Rusia sepakat membahas setiap kemungkinan penyelesaian sengketa wilayah perbatasan kedua negara dan peningkatan kerjasama ekonomi di berbagai bidang, termasuk di bidang energi nuklir.

Demikian pernyataan PM Jepang Taro Aso di Tokoy, Selasa, usai mengadakan pertemuan dengan PM Rusia Vladimir Putin yang melakukan kunjungan kenegaraan ke Jepang selama dua hari.

Laporan media massa Jepang menyebutkan, kedua pemimpin setuju untuk mencari kesepakatan final soal sengketa perbatasan yang telah berlangsung puluhan tahun, termasuk dalam pertemuan di Italia Juli mendatang.

"PM Putin menunjukkan keinginan yang kuat untuk mencari penyelesaian final tentang masalah perbatasan ini," kata Aso dalam jumpa pers bersama Putin.

Sengketa perbatasan menyangkut empat pulau di ujung utara Hokkaido yang selama ini diklaim kedua belah pihak belum menemukan penyelesaian sejak kedua negara menandatangani perjanjian damai pasca-Perang Dunia II.

Selama pertemuan, keduanya juga sepakat untuk terus meningkatkan kerjasama ekonomi, baik dalam bidang penyederhanaan prosedur bea dan cukai, kerjasama energi nuklir, perminyakan, investasi, maupun perdagangan.

Penandatanganan kerjasama mengenai penyederhanaan prosedur bea dan cukai kedua negara dilakukan oleh Menlu Jepang Hirofumi Nakasone dan Kepala Pelayanan Bea Cukai Federasi Rusia Andrey Belyaninof.

Hal khusus lainnya yang dibicarakan adalah mengenai pertukaran informasi untuk menanggulangi berbagai aksi penyelundupan seperti obat terlarang, senjata api serta barang-barang yang memiliki hak cipta.

Jepang memang sangat menaruh perhatian terhadap meningkatnya kasus penyelundupan, terutama yang menyangkut narkotika, dan perdagangan gelap senjata api.

Dalam tiga tahun belakangan nilai perdagangan bilateral Jepang-Rusia meningkat dua kali lipat menjadi sekitar 30 juta dolar AS.

Jepang saat ini memiliki kerjasama serupa dengan 18 negara lain, seperti dengan Australia, China, Korea Selatan, Amerika Serikat dan Vietnam.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009