Jakarta (ANTARA News) - Pakar perbankan syariah Muhammad Syafii Antonio mengatakan perbankan syariah yang ada di Indonesia belum Islami dan baru berada pada tataran kontrak

Berbicara pada Asia Pacific Conference (Apconex), di Jakarta Convention Center, Kamis, Syafii  menilai perbankan syariah Indonesia pada aspek tertentu memang sudah mengarah ke nilai-nilai Islam seperti seragam jilbab untuk karyawan, namun tidak pada budaya perusahaan.

Syafii mengkritik ketidakberanian orang Indonesia menyebutkan perbankan syariah sebagai Islamic Banking (bank Islam), padahal orang Inggris menyebut bank syariah dengan sebutan itu.

Dia menambahkan, ciri lain yang menentukan sebuah bank itu syariah atau bukan, adalah pada komitmennya pada usaha kecil dan mikro.

"Dari keberpihakan pada usaha kecil akan terlihat apakah sebuah bank itu syariah, mengejar profit atau memiliki agenda yang lebih besar," kata anggota dewan syariah Bank Sentra, Malaysia itu.

Rasulullah, katanya, telah mengingatkan bahwa sesungguhnya ada yang eksis dan memperoleh keuntungan dari orang-orang kecil.

"Sebagian orang berpendapat membiayai usaha kecil terlau mahal. Padahal, Grameen Bank (di Bangladesh) telah membuktikan bahwa yang kecil itu menguntungkan," katanya.

Anggota Komite Ahli Bank Indonesia itu mengingatkan saat sistem ekonomi kapitalis, dan sosialis mati, yang akan bertahan hanyalah ekonomi Islam.

"Apakah kita akan berpangku tangan saja atau kita mencapai upaya yang lebih konkret dan menjadi solusi bagi dunia?" tanyanya.

Belakangan ini, perbankan syariah berkembang luar biasa di mana jumlah dana yang dikelolanya mencapai 700 miliar dolar US atau tumbuh rata-rata 15 persen, sedangkan jumlahnya di seluruh dunia ada 396 unit yang tersebar di 53 negara. (*)

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009