Herat, Afghanistan (ANTARA News/AFP) - Penyelidikan Afghanistan mendapati bahwa 95 dari 140 warga sipil yang tewas dalam serangan udara AS sepekan lalu di bawah 18 tahun usianya, seorang pejabat mengatakan.

Pemerintah telah membayar ganti rugi pada keluarga ke 140 orang yang dikatakan tewas di provinsi Farah di Afghanistan barat, dan juga 25 orang yang luka-luka, jurubicara pemerintah provinsi Farid Ahmad Ayobi mengatakan.

Tim penyelidikan yang ditunjuk oleh Presiden Hamid Karzai, mengumumkan korban 140 warga sipil itu pada pemerintah provinsi Senin, tapi tidak mengatakan berapa banyak orang dewasa dan anak-anak yang tewas dalam insiden tersebut. Beberapa pejabat yang lain menyatakan lebih dari 90 korban berusia di bawah 18 tahun.

"Delegasi presiden mengumumkan bahwa 140 warga sipil telah tewas, 25 warga sipil luka-luka dan 15 rumah hancur," kata Ayobi.

Anggota-anggota tim tidak dapat dicapai dengan segera untuk dimintai konfirmasi.

Korban itu membuatnya insiden paling mematikan bagi warga sipil dalam serangan udara sejak serangan pimpinan-AS 2001 yang menjatuhkan rezim Taliban, yang meratakan jalan bagi pengerahan ribuan tentara asing untuk memerangi gerilyawan.

Namun setelah penyelidkan bersama dengan pasukan keamanan Afghanistan, militer AS menerima hanya bahwa "sejumlah" warga sipil telah tewas. Tidak jelas, berapa.

Komandan regional AS Jenderal David Petraeus telah menunjuk penyelidkan militer baru AS untuk mulai dengan segera, jurubicara Kolonel Greg Julian mengatakan pada AFP.

Militer AS, yang sering membayar kompensasi, masih memilah-milah rincian kasus itu, kata Julian.

Ayobi mengatakan delegasi pemerintah telah membayar setara dengan 2.000 dolar pada keluarga masing-masing orang yang tewas dalam insiden Farah dan 1.000 dolar pada setiap orang yang terluka.

Mereka akan menyampakan penemuannya pada Karzai, yang diharapkan akan mengumumkan jumlahnya dengan resmi.

Satu lembaga swadaya masyarakat Afghanistan menyatakan secara terpisah bahwa penyelidikannya sendiri, berdasarkan pada wawancara dengan warga setempat, menemukan bahwa 117 warga sipil telah tewas dalam serangan itu, termasuk 26 wanita dan 61 anak.

Taliban telah menggunakan warga sipil sebagai perisai dan "menyebabkan kematian sejumlah besar bukan petempur", Monitor HAM Afghanistan mengatakan.

Pasukan AS, bagaimanapun, juga "menggunakan pasukan militer secara berlebihan dan membalas serangan Taliban dengan cara tidak pantas", katanya.

Masalah korban sipil akibat serangan AS itu telah mengganggu hubungan Afghanistan-AS, sebagaimana yang terjadi dengan serangan udara AS di wilayah perbatasan Pakistan baratlaut. Insiden terakhir di provinsi Farah itu telah membuat Presiden Karzai minta agar serangan udara tersebut dihentikan, permintaan yang ditolak mentah-mentah oleh militer AS.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009