Jakarta (ANTARA News) - Guru besar Universitas Gadjah Mada (UGM) Profesor Dr Sri Juari Santoso mengatakan usul pemberian gelar pahlawan kepada Sri Susuhunan Paku Buwana X adalah tepat , karena dia merupakan seorang motivator dibalik layar atas pergerakan nasional.

Menurut Sri Juari, saat menjadi pembicara Seminar "Menggali Jati Diri Bangsa Berbasis Nilai Multi Kulturalisme: Mengenang Jasa dan Kepahlawanan Sri Susuhunan Paku Buwono X" di Jakarta, Sabtu, sejarah berdirinya NKRI tak bisa lepas dari peran keraton Surakarta pada masa Paku Buwono X .

Dalam masa pemerintahannya (1893-1939) , keraton merupakan motivator berbagai pergerakan nasional di Kota Solo.

Srni Juari juga menyebut kebesaran Paku Buwono ini adalah kebebasan wilayah Surakarta menjadi satu-satunya daerah di Indonesia untuk mengibarkan bendera gula kelapa atau merah putih, sedangkan tempat lain bendera Belanda.

Sri Susuhunan secara terbuka atau diam-diam memberikan dukungan kepada perkumpulan-perkumpulan politik pada awal abad ke-20," kata Sri Juari, saat menjadi pembicara Seminar "menggali Jati Diri Bangsa Berbasis Nilai Multi Kulturalisme: Mengenang Jasa dan Kepahlawanan Sri Susuhunan Paku Buwono X" di Jakarta, Sabtu.

Menurut dia, pergerakan nasional yang bertujuan mengusir kolonialisme pemerintahan Hindia Belanda dari kota Solo menjadi pusat pemerintahan yang ada saat itu juga menjadi pusat pergerakan nasional.

Beberapa pergerakan nasional juga lahir di Solo seperti Syarikat Dagang Islam pada 1905 yang kemudian berubah menjadi Syarikat Islam pada 1911, Budi Utomo yang berdiri di Batavia (Jakarta) namun 80 persen beroperasi di Solo, kata Sri Juari.

Guru besar UGM ini mengungkapkan bahwa Paku Buwono X sebelumnya sudah membaca perkembangan dan mendorong putra-putra dan kerabat keraton agar belajar untuk melakukan gerakan perjuangan.

Adanya dukungan dari Paku Buwono X ini mengakibatkan perkumpulan-perkumpulan politik yang melawan pemerintahan Belanda ini bisa berjalan, sehingga layak apabila dijadikan sebagai pahlawan nasional, kata Sri Juari.

Sementara itu, Wakil Ketua MPR Mooryati Sudibyo, dalam kesempatan yang sama, juga mengatakan pemerintahan Paku Buwono dalam rentang 46 tahun lamanya memiliki prestasi gemilang yang meliputi beragam bidang, seperti Stasiun kereta Api Balapan, Pasar Klewer-Solo, Stadion Sriwedari, Pesangrahan, Pemandian, istana dan masjid yang hingga saat ini masih berdiri kokoh.

Menurut Mooryati, bukti kepahlawanan Paku Buwono salah satunya adalah menyatukan trah Mataram yang diceraiberaikan Belanda dengan melalui perkawinan.

Diplomasi melalui perkawinan ini cukup ampuh untuk mengendorkan ketegangan keraton di Jawa yang masih dalam satu keturunan.

Sementara itu, Guru Besar UGM Dr Gunawan Sumodiningrat, mengatakan usul gelar pahlawan kepada Paku Buwono X ini bukanlah sebagai tujuan utama, tetapi lebih pada penanaman nilai-nilai luhur yang dimiliki untuk dilanjutkan pada genarasi selanjutnya.

Usul pemberian gelar pahlawan ini harus mendapat dukungan dari masyarakat, termasuk didalamnya budayawan dan sejarawan. (*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009