Jakarta (ANTARA News) - Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Tifatul Sembiring mengatakan partainya dapat memahami keputusan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memilih Boediono sebagai cawapresnya.

Berbicara kepada wartawan usai pendaftaran pasangan SBY-Boediono di Kantor KPU Pusat, Jakarta, Sabtu, Tifatul mengatakan pemilihan Boediono lebih disebabkan karena SBY membutuhkan figur pendamping yang memahami masalah ekonomi terutama dalam menghadapi ancaman krisis global.

"Dalam pembicaraan kami dengan Pak SBY kemarin, beliau menjelaskan bahwa pemerintahan ke depan akan bekerja keras untuk mengatasi masalah krisis ekonomi. Jadi beliau memerlukan orang yang ahli dalam bidang keuangan, perbankan dan ekonomi," jelas Tifatul.

Dalam pertemuan antara PKS dengan SBY yang berlangsung di Bandung, Jumat (15/5), SBY juga membantah anggapan dan penilaian masyarakat bahwa cawapresnya yang kini menjabat Gubernur Bank Indonesia (BI) itu menganut mazhab ekonomi neoliberalis.

Setelah menerima pencalonan Boediono, kubu PKS menyodorkan sebuah kontrak politik kepada SBY untuk ditandatangani. Kontrak politik itu sebagai jaminan bagi PKS maupun pihak Partai Demokrat untuk berkoalisi menghadapi Pemilihan Presiden (Pilpres) 8 Juli maupun dalam mendukung pemerintahan ke depan jika duet SBY-Boediono terpilih sebagai presiden-wapres.

Dalam butir kontrak politik itu, kubu PKS meminta duet SBY-Boediono menegakkan kedaulatan ekonomi bangsa tanpa terpengaruh dengan intervensi pihak asing.

Selain itu, menyangkut komitmen terhadap pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), reformasi birokrasi, pengurangan kemiskinan, dan lainnya.

Tifatul menegaskan, keputusan PKS yang pada akhirnya berkoalisi dengan Partai Demokrat tidak bertentangan dengan keputusan majelis syuro PKS.

"Kami tetap konsisten dengan keputusan majelis syuro karena keputusan majelis syuro menegaskan bahwa koalisi dengan Partai Demokrat bisa dilakukan jika sudah ditandatangani kontrak politik. Kontrak politik berdasarkan platform PKS sudah ditandatangani oleh Pak SBY," jelas Tifatul.

Menurut Tifatul, tarik-ulurnya hubungan PKS dengan Partai Demokrat dalam beberapa hari belakangan lebih disebabkan karena kurang komunikasi antar kedua parpol terkait pemilihan Boediono sebagai cawapres pendamping SBY.

Namun setelah semua persoalan tersebut bisa diatasi, PKS menyatakan siap memenangkan duet SBY-Boediono sebagai presiden-wapres RI periode 2009-2014.

"Oh, tentu, sebagai partai koalisi kami akan bekerja keras untuk memenangkan kandidat yang kami usung," kata Tifatul sembari menambahkan pemilihan Boediono sebagai cawapres pendamping SBY sudah sesuai prinsip "the right man on the right place".(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009