Jenewa (ANTARA News/AFP/Reuters) - Jumlah orang yang terpaksa pergi menyelamatkan diri dari pertempuran di Pakistan baratlaut sejak Agustus 2008 telah melampui dua juta, kata badan pengungsi PBB, Senin.

Jumlah itu mencakup 1,45 juta orang yang tercatat sebagai pengungsi selama ofensif militer Pakistan terhadap militan sejak 2 Mei, dan 553.916 orang lagi yang menyelamatkan diri dari pertempuran, kata badan pengungsi PBB dalam sebuah pernyataan.

Ketua Komisi Tinggi PBB Urusan Pengungsi (UNHCR) Antonio Guterres menyebut pengungsian itu sebagai salah satu krisis paling dramatis pada masa sekarang, kata jurubicara UNHCR Ron Redmond.

"Seperti berusaha menangkap sesuatu yabg bergerak di depan kita karena jumlah orang yang berpindah setiap hari begitu besar dan tanggapan tidak pernah memadai," kata Redmond kepada wartawan.

"Meninggalkan penduduk ini tanpa bantuan yang mereka perlukan -- dengan jumlah sebesar itu -- bisa menimbulkan sebuah faktor destabilisasi yang begitu besar," tambahnya.

Badan-badan PBB diperkirakan menyampaikan seruan mereka bagi pendanaan bantuan pekan ini yang jumlahnya bisa mencapai ratusan juta dolar, kata sejumlah pejabat.

"Kami tahu ini masa ekonomi yang sulit, namun kami yakin bahwa masyarakat internasional sama yang telah mengumpulkan dana milyaran untuk menyelamatkan sistem finansial juga memiliki kewajiban untuk menyelamatkan orang yang membutuhkan," kata Redmond.

Sementara itu, pertempuran terus berlangsung antara pasukan Pakistan dan militan Taliban di Lembah Swat pada Senin, dan pemerintah menyatakan memperoleh dukungan luas atas ofensif itu dari partai-partai politik.

Perdana Menteri Pakistan Yusuf Raza Gilani menyatakan, militer akan menyelesaikan ofensif itu dan menjamin perdamaian, ketika ia meminta dukungan dari partai-paretai politik di tengah kekhawatiran yang meningkat mengenai nasib para pengungsi.

"Bentrokan-bentrokan hebat berlangsung di beberapa daerah Swat," kata jurubicara militer Mayjen Athar Abbas.

Duapuluh-tujuh militan, termasuk tiga komandan, tewas dalam 24 jam terakhir, sementara tiga prajurit, termasuk seorang perwira, juga tewas dan 17 lain cedera, kata Abbas.

Swat, daerah dengan pemandangan indah yang dulu tempat tujuan wisata namun kini menjadi markas Taliban, dilanda pertempuran dalam beberapa waktu terakhir ini.

Perjanjian yang kontroversial antara pemerintah dan ulama garis keras pro-Taliban untuk memberlakukan hukum Islam di sebuah kawasan di Pakistan baratlaut yang berpenduduk tiga juta orang seharusnya mengakhiri pemberontakan Taliban yang telah berlangsung hampir dua tahun.

Perdana Menteri Yousuf Raza Gilani telah mendesak rakyat Pakistan bersatu melawan kelompok ekstrim, yang menurutnya mengancam kedaulatan negara itu dan yang melanggar perjanjian perdamaian tersebut dengan melancarkan serangan-serangan.

Kawasan suku Pakistan, terutama Bajaur, dilanda kekerasan sejak ratusan Taliban dan gerilyawan Al-Qaeda melarikan diri ke wilayah itu setelah invasi pimpinan AS pada akhir 2001 menggulingkan pemerintah Taliban di Afghanistan.

Pemimpin Al-Qaeda di Pakistan dan deputinya tewas pada 1 Januari dalam serangan udara yang diduga dilakukan pesawat tak berawak AS di Waziristan Selatan, menurut sejumlah pejabat keamanan setempat.

Para pejabat yakin bahwa Usama al-Kini, yang disebut-sebut sebagai pemimpin operasi Al-Qaeda di Pakistan, mendalangi serangan bom truk terhadap Hotel Marriott di Islamabad pada September lalu, dan memiliki hubungan dengan serangan-serangan bom pada 1998 terhadap Kedutaan Besar AS di Afrika.

Pasukan Amerika menyatakan, daerah perbatasan Pakistan digunakan kelompok militan sebagai tempat untuk melakukan pelatihan, penyusunan kembali kekuatan dan peluncuran serangan terhadap pasukan koalisi di Afghanistan.

Pakistan mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas pemberontak terhadap pasukan internasional di Afghanistan.

Pakistan menempatkan sekitar 120.000 prajurit di sepanjang perbatasan itu dan menekankan bahwa tanggung jawab menghentikan penyusupan juga bergantung pada pasukan keamanan yang berada di Afghanistan.

Menurut militer Pakistan, lebih dari 1.500 militan tewas sejak mereka melancarkan ofensif di Bajaur pada awal Agustus, termasuk komandan operasional Al-Qaeda di kawasan itu, Abu Saeed Al-Masri yang berkebangsaan Mesir.

Daerah itu juga dihantam serangan rudal yang hampir mengenai Ayman al-Zawahiri, orang kedua Osama bin Laden, pada Januari 2006.

Terdapat sekitar 70.000 pengungsi Afghanistan di Bajaur, yang tinggal di sana sejak akhir 1970-an setelah mereka melarikan diri dari invasi Uni Sovyet ke Afghanistan.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009