Jakarta (ANTARA News) - Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Universitas Indonesia (UI) mempersembahkan pementasan berjudul "Biedermann dan Tukang Bakar" yang menggambarkan ketakutan dan rasa cemas seseorang yang ditimbulkan dari perasaan bersalah.

Pementasan di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta Selasa malam itu membuat ratusan penonton yang sebagian besar mahasisiwa dibuat tegang dan sesekali tertawa melihat adegan lucu yang diperankan mahasiswa UI dari berbagai jurusan itu.

Sutradara "Biedermann dan Tukang Bakar", Alfian Siagian mengatakan, Biedermann dan Tukang Bakar dalam Bahasa Jerman "Biedermann und die Brandstifter" adalah drama radio karya Max Frish (1953) yang kemudian diadaptasi menjadi drama televisi dan naskah panggung (1958).

Drama bergenre komedi gelap tersebut bersetingkan sebuah kota yang secara berkala diserang oleh tukang bakar Joseph Schmitz yang diperankan Pradana Setya Kusuma.

Dengan menyamar sebagai seorang pedagang keliling, Schmitz berusaha masuk ke rumah-rumah orang dan menetap di loteng sambil menyusun rencana pembakaran rumah itu.

Drama yang ditulis setelah perang dunia II sebagai sebuah metafora terhadap Nazisme dan Komunisme itu, menunjukan bagaimana warga normal dapat terserap oleh kekuatan jahat.

Karakter utama dalam drama itu, seorang bisnisman bernama Biederman (Haris Setia Bangsawan) muncul dipanggung sedang membaca koran yang melaporkan mengenai kebakaran. Ia yakin tidak akan terserap oleh kekuatan jahat "tukang bakar".

Tidak berapa lama, pedagang keliling pertama Schmitz datang ke rumah Biederman. Meski sempat ditolak habis-habisan oleh Biederman karena merasa takut bahwa yang datang itu adalah tukang bakar, namun dengan berbagai pendekatan dan intimidasi Schmitz akhirnya diterima menginap di rumah Biederman.

Sejalan dengan berkembangnya cerita dalam teater itu, tukang bakar kedua Eisenring (Hafidz Fuad) muncul. Sebelum Biederman dapat melakukan apa-apa untuk menghentikan aksi-aksi dan basa-basi tukang bakar itu, lotengnya sudah penuh drum yang berisi bahan bakar.

Tidak hanya itu, Biedermann juga bahkan membantu tukang bakar itu mengukur detonator peledak dan memberi mereka korek api juga menolak mempercayai horor yang akan ia hadapi bersama istrinya Bebette (Dhini Hidayati) yang lemah jantung.

"Drama yang berdurasi sekitar 3 jam itu, menggambarkan realitas kehidupan manusia saat ini yang dihantui ketakutan, yang sebenarnya rasa takut itu disebabkan perilakunya yang tidak benar," kata Alfian.
(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009