Brisbane (ANTARA News) - Representasi media Australia yang cenderung sensasional dan negatif tentang Islam dan umat Islam serta sikap abai telah memicu mispersepsi sebagian warga negara itu terhadap muslim namun mayoritas rakyat Australia tidak menganggap muslim sebagai ancaman negara.

Fakta itu terungkap dalam dialog terbuka belasan remaja dan pemuda muslim Australia yang mengupas topik "diskriminasi, prasangka dan peminggiran sosial" dalam acara "Muslim Youth Speaks Out" di kampus Universitas Griffith, Mt Gravatt, Brisbane, Minggu.

Para peserta dialog terbuka yang dipandu Wakil Direktur Unit Riset Islam Universitas Griffith, Dr Halim Rane, itu juga menggarisbawahi beberapa akar penyebab munculnya kesalahfahaman dan aksi diskriminasi terhadap muslim di Australia.

Beberapa akar penyebab prilaku dan aksi negatif tersebut adalah adanya ketakutan akibat merasa asing dengan berbagai hal yang berkaitan dengan Islam dan penganutnya, prilaku muslim, serta anggapan bahwa muslim menantang kebiasaan menyenangkan yang telah umum di Australia.

Terlepas dari masih adanya mispersepsi terhadap muslim itu, Dr Halim Rane menegaskan bahwa berdasarkan hasil riset pihaknya tahun 2006 terhadap sejumlah responden non-muslim di kota Brisbane dan sekitarnya, pihaknya mendapati hasil yang positif.

Hasil riset tersebut antara lain mendapati 67 persen responden non-muslim Australia dapat menerima muslim sebagai bagian dari masyarakat Australia dan 78 persen responden juga tidak memandang muslim sebagai ancaman terhadap negara, katanya.

Halim Rene juga mengingatkan para remaja dan pemuda muslim Australia agar tetap berprasangka baik terhadap pandangan mayoritas rakyat terhadap mereka karena sekalipun representasi media masih cenderung sensasional tentang Islam, tingkat kepercayaan publik terhadap media di Australia relatif rendah.

Untuk memperbaiki pemahaman publik yang lebih baik tentang Islam dan umat Islam Australia, para peserta dialog sepakat untuk terus membangun dialog antar-iman dan lebih berinteraksi dengan lingkungan sekitar dan bahkan mengundang para warga non-muslim untuk menghadiri kegiatan-kegiatan sosial keislaman.

Selain itu, mereka juga memandang perlunya para akademisi muslim lebih aktif menulis dan menjadi kolumnis tetap media cetak arus utama Australia, serta para pemuda terdidik muslim menjadi wartawan berbagai media negara itu.

Diskusi terbuka bertajuk "Pemuda Muslim Angkat Bicara" yang diselenggarakan "Muslim Youth Service" bekerja sama dengan sejumlah organisasi keislaman di Queensland itu menghadirkan Selebriti muslim Australia, Nazeem Hussain.

Ia menilai mayoritas warga non-muslim di negaranya belum mengerti Islam dan umat Islam sebagaimana terlihat dari isi surat-surat elektronik (email) yang dikirim para pemirsa "Salam Cafe", acara "talkshow" komedi populer Stasiun TV "SBS".

"Sembilan puluh lima persen email yang dikirim pemirsa acara `Salam Cafe` SBS memperlihatkan rendahnya pengetahuan mereka tentang Islam dan umat Islam di Australia," kata personil "Salam Cafe" itu.

Bahkan, di antara para pemirsa yang mengirim surat setelah menyaksikan acara bincang-bincang "Salam Cafe" yang disiarkan setiap Rabu itu, ada yang berterus-terang mengatakan bahwa selama ini dia tidak tahu bahwa wanita muslim Australia juga bisa lancar berbahasa Inggris dan "muslim juga berpendidikan", katanya.

Menurut Nazeem Hussain, mispersepsi dan ketidakmengertian publik non-muslim Australia tentang Islam tidak dapat dilepaskan dari konsumsi berita dan tayangan media selama ini. Kondisi ini menuntut keterlibatan komunitas muslim, termasuk generasi mudanya, dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan bagi kemaslahatan bersama.

Keterlibatan muslim dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan itu selaras dengan nilai-nilai Islam yang menekankan bahwa muslim terbaik itu adalah mereka yang tidak hanya bermanfaat bagi sesama muslim tetapi juga bagi umat manusia pada umumnya tanpa kecuali, katanya.

Acara yang diikuti sedikitnya 80 orang remaja dan pemuda muslim di Brisbane itu diisi dengan berbagi pengalaman pribadi sebagai minoritas muslim dalam mempertahankan identitas keislaman di tengah linkungan sosial Australia yang berbeda.

Acara tersebut juga diisi dengan diskusi kelompok yang menyoroti masalah penggunaan jilbab, tekanan teman, dan isu-isu kegiatan kepemudaan di masyarakat.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009