Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perhubungan (Menhub) Jusman Syafii Djamal mengisyaratkan, menolak usulan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) untuk mengurangi solar bersubsidi PT Kereta Api (KA) sebesar 10 persen mulai 2010.

"Saya akan meminta Menteri Energi untuk tidak menyetujui langkah tersebut," katanya menjawab pers di Jakarta, Selasa.

Dijelaskannya, hal ini bertujuan untuk menciptakan kereta api sebagai moda transportasi massal yang terjangkau bagi masyarakat karena pengurangan solar bersubsidi itu akan menaikkan harga tiket kereta api.

Apalagi, ia melanjutkan, saat ini masyarakat membutuhkan transportasi massal berbiaya rendah untuk mobilitas sosial ekonominya. "Sehingga perlu pembahasan rencana pengurangan tersebut secara komprehensif," katanya.

Ia juga menambahkan, hal itu juga belum pernah dibahas dalam rapat kabinet. "Termasuk belum pernah ada surat resmi ke kami," katanya.

Dirut PT KA I Jonan sebelumnya jgua mengisyaratkan bahwa kemungkinan kenaikan tarif kereta api kelas bisnis dan eksekutif tak dapat dihindari jika rencana pengurangan pasokan itu benar-benar dilakukan.

Kenaikannya sekitar dua hingga lima persen dari tarif yang berlaku saat ini.

Padahal, kata Jonan, perseroannya membutuhkan solar mencapai dua juta liter per tahun. Pada 2008, konsumsi solar Kereta Api mencapai 125.333 kiloliter.

Wakil Presiden Jusuf Kalla sebelumnya menggelar rapat soal revitalisasi kereta bersama Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Sofyan Djalil, Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional Paskah Suzetta, Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal, dan Direktur Jenderal Perkeretaapian Tundjung Inderawan.

BPH Migas mengusulkan pengurangan konsumsi bahan bakar solar KA dengan alasan untuk menekan konsumsi bahan bakar bersubsidi karena volumenya pada 2010 diperkirakan akan turun sekitar 0,355 juta kiloliter dibanding tahun ini menjadi 11,250 juta kiloliter.

"Tahun ini volume solar adalah 11,605 juta kiloliter," kata Kepala BPH Migas Tubagus Haryono sebelumnya.

Sedangkan volume premium bersubsidi justru diperkirakan naik, dari 19,444 juta kiloliter pada tahun ini menjadi 21,454 juta kiloliter pada 2010. "Kenaikan terjadi karena pertumbuhan ekonomi akan mencapai 4,1 persen dan konsumsi premium terus meningkat," ujarnya.

Menurut Tubagus, tingkat konsumsi premium sudah mulai naik sejak kuartal pertama 2009. Kenaikan itu mencapai 6,29 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya menjadi 4,897 juta kiloliter.

Karenanya tahun depan pemerintah akan mengajukan asumsi harga minyak mentah sebesar 40-60 dolar AS per barel untuk menetapkan besaran subsidi pada 2010.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009