Kediri (ANTARA) - Deputi Pemimpin Bank Indonesia Kediri, Marlison Hakim, mengatakan, penurunan remitansi (pengiriman uang dari luar negeri) Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di eks Keresidenan Kediri dan Madiun pada triwulan I tahun ini diakibatkan krisis keuangan global.

"Penurunan remitansi pada semester ini cukup signifikan, yakni 63,89 persen," katanya di Kediri, Rabu.

Ia menyebutkan, pada triwulan sebelumnya sebesar Rp323,57 miliar, sementara pada triwulan I/2009 turun menjadi Rp116,84 miliar.

Penurunan tersebut, kata Marlison, juga berdampak pada volume transaksi, yakni semula 60,07 persen atau sebanyak 74.878 lembar menjadi 29.898 lembar.

Menurut dia, penurunan transaksi itu terjadi merata di seluruh wilayah eks Keresidenan Kediri dan Madiun, dengan penurunan tertinggi di Kabupaten Ngawi sebesar 85,03 persen. Berikutnya, Tulungagung 77,65 persen, Magetan 74,04 persen, Pacitan 72,99 persen, dan Nganjuk 70,23 persen, Kabupaten/Kota Kediri 65,83 persen, dan Kabupaten/Kota Madiun turun 62,91 persen.

Ia menjelaskan, tren penurunan remitansi tersebut juga diikuti dengan penurunan rata-rata nominal setiap lembar transaksi, yaitu dari Rp4.321 per lembar pada triwulan IV/2008 menjadi Rp3.908/lembar pada triwulan I/2009.

"Tren penurunan ini kemungkinan disebabkan terjadinya krisis keuangan global yang berlanjut pada melemahnya perekonomian negara-negara tempat TKI bekerja," katanya menjelaskan.

Di samping itu, lanjut Marlison, belum tibanya musim tahun ajaran baru dan puasa atau lebaran ikut memicu penyebab turunnya remitansi pada triwulan pertama ini.

Namun, kata dia, khusus pengiriman uang dari Hong Kong yang dilakukan TKI mengalami peningkatan sebesar 14,26 persen, yakni semula Rp22,86 miliar menjadi Rp26,12 miliar.

Ia lantas menyebutkan remitansi TKI yang masuk ke BI Kediri, misalnya, dari Saudi Arabia memberi kontribusi 23,29 persen, Hong Kong 22,36 persen, dan Malaysia 13,82 persen.

Selain itu, kata Marlison, beberapa negara lain juga ikut memberi kontribusi, di antaranya Yunani, Yaman, Lebanon, Siprus, Spanyol, Gabon, dan Salomon.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009