Kabul (ANTARA News/AFP) - Gerilyawan menembakkan tujuh mortir di dekat sebuah kota di Afghanistan timurlaut, Rabu, menewaskan tujuh warga sipil, demikian diumumkan aliansi militer NATO.

Delapan warga sipil juga cedera dalam serangan itu, yang terjadi di dekat Asadabad, ibukota provinsi pegunungan Kunar di perbatasan dengan Pakistan, kata NATO dalam sebuah pernyataan.

"Tujuh warga sipil Afghanistan tewas dan delapan orang cedera ketika gerilyawan menembakkan tujuh mortir di sekitar Asadabad, provinsi Kunar, hari ini," kata Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO.

Pernyataan itu tidak mengidentifikasi korban-korban yang tewas namun mengatakan, mereka yang cedera mencakup anak-anak, satu diantaranya dibawa ke pangkalan militer utama AS di sebelah utara Kabul untuk memperoleh perawatan medis.

Penduduk setempat sebelumnya melaporkan bahwa satu roket menghantam ladang gandum di dekat Asadabad dan menewaskan satu orang dan mencederai delapan orang, sebagian besar dari mereka anak-anak.

Pernyataan ISAF itu tidak mengatakan siapa yang menembakkan mortir-mortir itu. Kelompok Taliban yang bersekutu dengan Al-Qaeda dituduh melancarkan sebagian besar serangan di Afghanistan, namun kelompok-kelompok garis keras lain juga beroperasi di daerah itu.

Pasukan internasional di Afghanistan dihujani kecaman keras karena jatuhnya korban-korban sipil dalam operasi mereka untuk menumpas militan.

Namun, banyak warga sipil juga menjadi korban serangan-serangan gerilya, meski sasaran sesungguhnya dari serangan-serangan itu adalah aparat keamanan Afghanistan dan pasukan asing.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang bertanggung jawab atas serangan-serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom-bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Dalam salah satu serangan paling berani, gerilyawan tersebut menggunakan penyerang-penyerang bom bunuh diri untuk menjebol penjara Kandahar pada pertengahan Juni tahun lalu, membuat lebih dari 1.000 tahanan yang separuh di antaranya militan berhasil kabur.

Taliban telah memperingatkan bahwa mereka akan meningkatkan serangan-serangan terhadap pasukan Afghanistan dan pasukan internasional yang mendukung mereka.

Sekitar 70.000 prajurit asing di bawah komando NATO dan AS berada di Afghanistan sejak akhir 2001 untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai memerangi Taliban dan gerilyawan Al-Qaeda sekutu mereka.

Pemerintah baru AS berencana mengirim 21.000 prajurit tambahan tahun ini untuk menstabilkan Afghanistan, yang dikhawatirkan sejumlah politikus dan analis Barat akan tergelincir ke dalam anarki.

Sepanjang tahun ini hampir 110 prajurit internasional tewas di Afghanistan, sebagian besar akibat serangan musuh.

Lebih dari 295 prajurit internasional tewas di Afghanistan tahun lalu dan tahun sebelumnya 230, menurut situs berita icasualties.org yang mencatat korban-korban di Afghanistan dan Irak.

Semakin banyaknya prajurit asing yang tewas membuat sejumlah negara Barat enggan mengirim pasukan mereka ke daerah-daerah dimana kelompok dukungan Al-Qaeda itu beroperasi paling aktif.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009