Bengkulu (ANTARA News) - Direktur Pusat Penelitian Geologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dr Iskandar Zulkarnain, mengatakan, kemunculan gunung api tidak mungkin secara tiba-tiba.

"Ada proses panjang yang membentuk gunung api muncul, tidak mungkin tiba-tiba," katanya saat dikonfirmasi tentang penemuan gunung api raksasa setinggi 4.600 meter dengan diameter 50 km di 330 km arah barat Kota Bengkulu, Jumat.

Iskandar mengatakan, pihaknya belum mendapat laporan resmi terkait temuan gabungan para pakar geologi Indonesia dan sejumlah negara asing tersebut.

Terlepas dari itu, menurut dia, selain tidak mungkin terbentuk secara tiba-tiba, keberadaan gunung api di perairan barat Sumatra ini juga tidak pernah terdeteksi oleh satelit.

"Seharusnya ada deteksi ya kan, tapi sejauh ini saya belum pernah mendapat informasi tentang keberadaan gunung api di perairan barat Sumatra khususnya di laut Bengkulu ini," katanya.

Ia mencontohkan pembentukan kembali gunung api Krakatau di Selat Sunda yang membutuhkan waktu lebih dari 50 tahun setelah sempat meletus pada tahun 1883.

Sementara itu, Kepala Seksi Geologi Badan Klimatologi dan Geofisika Bengkulu, Dadang Permana, yang berkantor di Kepahiang mengatakan, di titik lokasi keberadaan gunung api tersebut tidak pernah terdeteksi adanya gerakan vulkanik.

"Bagi kami ini masih sebatas hipotesa dan BMG perlu melakukan penelitian lagi, karena tidak pernah terdeteksi getaran vulkanik di titik 330 km arah barat Kota Bengkulu," katanya.

Keberadaan gunung api raksasa ini merupakan hasil penelitian gabungan sejumlah lembaga yaitu Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral CGG Veritas dan Institut de Physique Globe) Paris.

Gunung api tersebut diperkirakan berdiameter 50 km dan tinggi 4.600 meter dengan lokasi 330 km arah barat Kota Bengkulu.(*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009