Jakarta (ANTARA News) - Lekuk belalai gajah hasil pahatan I Wayan Suardana, begitu tampak jelas di ruang pameran Gedung B, Galeri Nasional, Jakarta.

Di bokong gajah itu berjejer persenjataan zaman dulu berupa tombak, panah, dan tameng. Juga terdapat visual perempuan menjinjing sesajen. Visualisasi dari kayu jati itu secara total adalah gambaran tentang perdamaian dunia dan lingkungan yang belakangan ini rusak akibat dieksploitasi.

"Karya itu terinspirasi dari kehidupan keagamaan di Bali. Dalam keyakinan agama Hindu, setiap penjuru mata angin ada dewa yang melindunginya. Dewa-dewa itu punya senjata. Itu semua penjaga bumi," kata I Wayan Suardana, perupa dari Widhi Studio, Jumat.

Menurut dosen Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar itu, visualisasi gajah dalam karyanya itu adalah gambaran kekuatan dan kejujuran.

"Gajah itu binatang jujur, kuat, dan besar sebagai simbol kebesaran," kata Wayan.

Wayan mengatakan, ia ingin menyampaikan pesan ke masyarakat tentang perlunya menjaga perdamaian dunia dan lingkungan, seperti halnya para dewa menjaga bumi.

"Sekarang ini dunia dan lingkungan kita sudah rusak akibat eksploitasi. Dan ini menjadi masalah serius dunia," katanya.

Terkait dengan tema lingkungan, Wayan juga menambahkan lesung (tempat menumbuk padi) di perut gajah itu. Ia sengaja memilih lesung karena barang itu dalam dunia yang sudah berteknologi tinggi tidak dimanfaatkan lagi.

"Lesung yang tadinya tidak berguna, kami angkat kembali sehingga menjadi bernilai," katanya.

Hasil karya Wayan tersebut, adalah satu dari 99 karya perupa di 21 provinsi di Indonesia yang dipamerkan dalam Pameran Seni Rupa Nusantara di Galeri Nasional Indonesia. (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009