Jakarta (ANTARA News) - Kalangan pengembang luar negeri saat ini masih menahan pengembangan properti pasca "supreme mortgage" di Amerika Serikat meski melihat sudah ada sinyal positif menuju perbaikan.

"Kami melihat sudah ada sinyal-sinyal perbaikan iklim ekonomi," kata Presiden Federasi Realestat Dunia (FIABCI), Lisa Kurrass, di Jakarta, Senin malam, dalam kunjungan ke beberapa negara yang tergabung dalam FIABCI termasuk Indonesia.

Menurutnya, krisis di sektor properti tidak akan berlangsung lama mengingat sektor ini merupakan kebutuhan masyarakat yang tidak mungkin ditunda pemenuhannya sehingga pasar selalu berpeluang.

Kondisi serupa juga dialami kawasan Asia Pasifik seperti dikemukakan Ketua FIABCI Malaysia, Dato` Alan tong Kok Mau yang mengatakan, sudah banyak permintaan hunian, perkantoran, mal, dan sebagainya.

Potensi pasar properti di kawasan Asia Pasifik sangat besar, diperkirakan pertengahan tahun 2009 ini akan terjadi perubahan yang signifikan setelah mengalami berbagai ujian, kata Dato`.

Sementara Ketua FIABCI Asia Pasifik, Pingki Elka Pangestu, mengatakan, Indonesia merupakan satu-satunya negara di Asia Tenggara yang beruntung dibanding negara lain yang ekonominya minus.

FIABCI beranggotakan 200 negara, Indonesia menjadi salah satu negara dengan pasar properti terbesar setelah Amerika dan Cina.

Sementara Ketua Umum Realestat Indonesia yang juga Ketua FIABCI Indonesia, Teguh Satria, mengatakan, pasar properti di Indonesia sebenarnya sangat menarik bagi pembeli asing.

"Namun peraturan saat ini tidak memungkinkan asing memiliki properti di Indonesia. Kami khawatir tatkala semua negara membuka pasar bagi asing, Indonesia akan kehilangan momentum," ujarnya.

Teguh mengatakan, sebenarnya pemilikan asing tidak menjadi masalah sepanjang ada batasan-batasan yang dituangkan bentuk peraturan, kalau perlu revisi UU Pokok Agraria.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009