Bangkok (ANTARA News) - PM Thailand, Abhisit Vejjajiv, Minggu, meminta parlemen akhir bulan ini menyetujui pinjaman senilai 22 miliar dolar AS untuk mendanai paket stimulus ekonomi, dengan mengatakan pinjaman itu dapat menciptakan sampai dua juta lapangan kerja.

Seperti dilaporkan AFP, parlemen akan melakukan pemungutan suara apakah akan membahas persoalan pinjaman menjelang masa resesi mulai 15 Juni, sebelum masalah ini dialihkan ke senat atau MPR sebelum disetujui.

Pemerintah telah mengatakan bahwa pinjaman senilai 80 miliar baht, terutama dari pasar uang lokal, akan mendanai paket stimulus senilai 1,4 triliun baht selama tiga tahun ke depan.

"(Pinjaman) ini sangat penting untuk stimulus ekonomi. Jika mengikuti rencana, kita dapat menciptakan 1,5-2 juta pekerjaan untuk masyarakat selama tiga tahun mendatang," kata Abhisit dalam program mingguan televisi.

Makkamah Konstitusi Thailand pekan lalu dengan suara bulat memutuskan menyokong pemerintah melaksanakan rencana pertama mengenai pinjaman, menyusul penentangan yang dilakukan kelompok oposisi.

Perekonomian Thailand memasuki resesi di kuartal pertama tahun ini karena pertumbuhannya merosot lebih besar dari perkiraan sebesar 7,1 persen akibat anjloknya ekspor, paling buruk sejak krisis keuangan Asia tahun 1997.

Pemerintah juga mengkaji kembali penurunan pertumbuhan yang semula diperkirakan antara minus 2,5 dan minus 3,5 persen selama 2009.

Kabinet mengesahkan rencana pinjaman -- bagian dari apa yang dikatakan skema "Penguatan Thailand 2010" -- pada Mei lalu.

Menteri Keuangan, Korn Chatikavanij, mengatakan 40 pesen dari paket stimulus akan diberikan untuk sistem logistik, 17 persen di sumber-sumber air, 10 persen untuk meningkatkan pendidikan dan sisanya untuk layanan kesehatan publik dan pariwisata.

Thailand mengumumkan paket stimulus awal senilai 117 miliar baht pada Januari.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009