Jakarta (ANTARA News) - Pengamat Politik Bima Arya Sugiarto meminta masyarakat berhati-hati dengan lembaga survei capres-cawapres karena bisa menggiring opini publik dengan menggiring pertanyaan-pertanyaan dalam survei tersebut.

"Bisa jadi lembaga survei itu menggiring pertanyaan yang diarahkan kepada calon tertentu atau malah tidak melakukan survei sama sekali," kata saat berdiskusi bersama Lembaga Riset Informasi (LRI) di Jakarta, Minggu.

Menurut Bima, ada empat hal yang harus ditelisik dan dianalisis lebih dalam berkaitan dengan hasil survei tersebut karena bisa jadi survei itu adalah pesanan salah satu calon untuk menggiring opini pemilih.

Keempat hal itu adalah sumber dana yang digunakan untuk survei berasal dari mana, apakah pesanan calon tertentu atau bukan, kemudian validasi data dari sampel apakah sesuai dengan data resmi dari Badan Pusat Statistik (BPS) atau tidak, selanjutnya metedologi pertanyaan dalam survei benar atau tidak dan terakhir rekam jejak (track record) dari lembaga survei apakah bisa dipercaya atau tidak.

Untuk itu, masyarakat harus bisa menilai hasil survei tersebut apakah dilakukan dengan cara yang objektif tanpa ada pretensi terhadap salah satu calon tertentu atau memang survei itu pesanan. Namun demikian, lembaga-lembaga survei yang tidak bisa dipercaya, dengan sendirinya atau secara alamiah akan bubar karena ketidakakuratan hasil survei tersebut.

"Saya pikir masyarakat akan menilai sendiri hasilnya, tidak perlu ada lembaga akreditasi bagi lembaga survei," kata pengamat politik dari Charta Politika tersebut.

Sementara itu, pengamat komunikasi politik Effendi Ghazali mengatakan, peranan lembaga survei sangat penting sebagai suatu ukuran dan menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan bagi tim kampanye masing-masing calon. Selain itu, hasil survei juga akan sangat mempengaruhi psikologis tim sukses baik yang menang maupun tim yang kalah dalam hasil survei itu.

"Hasil survei sangat mempengaruhi psikologis tim sukses dan pemilihnya. Namun demikian tetap berhati-hati dengan lembaga survei itu," katanya.(*) 

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009