Perempuan dalam industri game
Shieny tidak menampik ada gagasna yang begitu populer di masyarakat bahwa game adalah untuk laki-laki. Pandangan itu juga berlaku di dunia pengembangan game, bahwa game untuk laki-laki maka yang membuatnya juga laki-laki.

Padahal, anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar, meski pun memang komposisi laki-laki yang terlibat pengembangan game masih lebih banyak dibandingkan perempuan, setidaknya di perusahaan yang ia dirikan.

Shieny beruntung, ketika dia memutuskan untuk menggeluti pengembangan game, orang-orang di sekitarnya tidak pernah memandangnya sebelah mata. Dia malah mendapatkan masukan-masukan yang positif, mengingat industri game di Indonesia pun belum terlalu jamak.

Dia pun ingin mengubah pandangan-pandangan bahwa bermain game tidak produktif, hanya membuang-buang waktu.

"Justru, kita bisa bikin aktivitas bermain game makin berfaedah. Bagaimana cara supaya industri game bukan hanya seru-seruan, tapi, bisa memberi faedah untuk orang lain," kata Shieny, yang kini menjabat sebagai Chief Operating Officer di Agate.

Sementara, jika dilihat rilisan game secara umum, game yang tersedia untuk laki-laki dan perempuan cukup berimbang.

"Jenis game sekarang beragam dan perempuan pun banyak yang bermain game," kata dia.

Kesempatan untuk para perempuan bergabung dalam dunia pengembangan game menurut Shieny sangat besar karena industri pun butuh mengembangkan game-game yang menargetkan pasar perempuan.

"Supaya aspirasinya juga tersampaikan. Potensinya sangat ada," kata Shieny.

Bagaimana dampak pandemi virus corona terhadap industri game?


Baca juga: Game Ragnarok diangkat jadi web series "Cinta Abadi"

Baca juga: Dokter paparkan perlunya batasan waktu anak bermain gawai

Baca juga: Game online marak, Tokopedia sediakan isi ulang voucher game

Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020