Surabaya,(ANTARA News) - Budayawan Emha Ainun Nadjib alias Cak Nun tak menginginkan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) M. Nuh menyaksikan musik dan puisi "Presiden Balkadaba" yang dia pentaskan di Surabaya pada tanggal 9-10 Juni 2009.

"Untuk apa Pak Nuh mesti datang? Lebih baik Pak Nuh mengurusi pekerjaannya saja daripada melakukan sesuatu yang tidak-tidak. Saya kasihan, kalau nanti Pak Nuh kecewa menonton pertunjukan saya," katanya saat ditemui di gedung Dewan Kesenian Surabaya (DKS), Senin.

Meskipun demikian, Cak Nun mengaku tidak berhak mencegah keinginan seseorang, termasuk M. Nuh yang ingin menyaksikan pementasannya bersama kelompok musik Kiai Kanjeng itu.

Pementasan "Presiden Balkadaba" di Balai Pemuda Surabaya, Jalan Gubernur Suryo itu, menurut Cak Nun, untuk memenuhi permintaan komunitas Bangbang Wetan, Jemaah Maiyah, dan berbagai komunitas masyarakat Jatim untuk membaca puisi.

Ia tidak menampik puisi bertutur "Presiden Balkadaba" itu terkait dengan Pemilu Presiden 2009. "Kita ini rakyat dan warga negara yang selalu belajar, sehingga tidak berekspresi apapun kecuali untuk proses pembelajaran, respons, dan partisipasi terhadap hajatan bangsa berbiaya besar itu," kata budayawan asal Desa Menturo, Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang itu.

Balkadaba merupakan salah satu binatang yang turut serta dalam perahu Nabi Nuh saat terjadi banjir dahsyat. "Iblis, sebagai makhluk Tuhan yang sangat dahsyat diam-diam menyelundupkan dirinya di dalam perahu dengan berpegangan pada ekor Balkadaba," kata Cak Nun menjelaskan.

Pementasan tersebut bertujuan untuk mengingatkan presiden dan semua pemimpin masyarakat untuk mewaspadai Iblis yang bisa saja menyelundupkan diri pada ekor kekuasaan mereka.

Ia menambahkan, pementasan Presiden Balkadaba itu semacam nostalgia terhadap pementasan yang nuansanya sama dengan 25 tahun silam. Saat itu Cak Nun mementaskan musik-puisi bersama Teater Dinasti Yogyakarta yang personelnya sama dengan personel Kiai Kanjeng.

"Yang berbeda adalah temanya karena eranya memang tidak sama. Tetapi model estetikanya, wawasan sosial, dan penyikapan politik sama dengan peristiwa 25 tahun lalu. Bedanya lagi, ketika itu rezim yang berkuasa Suharto, sedang sekarang SBY (Susilo Bambang Yudhoyono)," katanya.

Menanggapi pementasan yang bersamaan dengan peresmian Jembatan Surabaya-Madura (Suramadu) yang dihadiri Presiden SBY, Cak Nun mengatakan, hanya kebetulan.

"Saya justru tidak tahu kalau pada tanggal 10 Juni nanti ada SBY. Jadi, sama sekali tidak ada kaitannya dengan kedatangan SBY," katanya.

Dalam pementasan itu, Cak Nun akan mendeklarasikan Kabinet Laba Untuk Rakyat. "Memang seharusnya laba investor asing yang ada di sini untuk kegiatan rakyat. Itulah pentingnya Kabinet Laba Rakyat," katanya tanpa menyebutkan siapa saja tokoh-tokoh yang dilakonkan dalam kabinet itu.(*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009