Jakarta (ANTARA News) - PT Holcim Indonesia membantah menerapkan strategi kartel usaha dalam industri semen Indonesia karena naiknya harga semen terjadi akibat tingginya biaya produksi.

"Holcim tidak melakukan kartel. Naiknya harga karena terpengaruh tingginya biaya produksi yang cenderung meningkat," kata Corporate Communications Manager Holcim Indonesia Budi Primawan usai penandatangan sistem waralaba antara Holcim dengan CV Alfa Omega Bandung di Jakarta, Selasa.

Menurut Budi, komponen harga tersebut ditentukan oleh biaya produksi yang mencapai 50 persen dan 20-30 persen biaya logistik, disamping juga karena mekanisme pasar.

Holcim Indonesia, bersama PT Semen Gresik dan PT Indocement Tunggal Perkasa , telah dilaporkan ke Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) karena diduga mempraktikan kartel.

Dewan Pimpinan Pusat Real Estate Indonesia (REI) serta Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) mengadukan ketiga produsen semen di Indonesia karena telah menaikkan harga semen secara tidak wajar.

Ketiga produsen itu menguasai 80 persen pasar semen nasional dan di pulau Jawa menguasai 99 persen pasar.

Saat ini harga semen di pasaran mencapai Rp52 ribu per 50 kilogram dan cenderung naik walaupun harga bahan bakar dan energi turun drastis, padahal di negara tetangga seperti Malaysia harga semen stabil.

Menanggapi hal ini, Budi menyebutkan harga batubara yang menyita 40 persen komponen produksi, tidak seperti harga minyak dunia yang sangat berfluktuatif. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009