Jakarta (ANTARA News) - Delapan orang artis dan penyanyi Indonesia menjadi ikon karya sastra klasik yang dipadu dalam satu judul seri Sastra Klasik `Indonesian Cultural Heritage` (warisan budaya Indonesia).

Delapan artis dan penyanyi yang menjadi ikon karya klasik itu, yakni Cornelia Agatha (ikon buku Layar terkembang), Maudy Kusnaedy (ikon buku Salah Asuhan), Yuni Shara (ikon buku Azab dan Sengsara), Andrea Aksana (ikon buku Habis Gelap terbitlah terang).

Kemudian Tio Pakusadewo (ikon buku Atheis), Lukman Sardi (ikon buku Salah Pilih), Vincen 80`s (ikon buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma), dan Happy Salma (ikon buku Sitti Nurbaya).

"Pemilihan delapan artis yang menjadi ikon buku yang diluncurkan tersebut disesuaikan dengan karakter artis tersebut. Pemilihan artis tersebut berdasarkan musyawarah," kata Direktur Utama Balai Pustaka Zaim Uchrowi saat peluncuran buku "Seri Sastra Klasik", di Museum Nasional Jakarta, Rabu malam.

Menurut dia, adanya keinginan para artis yang terlibat dalam peluncuran delapan karya sastra klasik itu patut mendapatkan apresiasi karena mereka mau belajar tentang sastra klasik.

"Saya memberikan apresiasi kepada mereka karena mau belajar tentang sastra klasik. Padahal, mereka sering mendapatkan kesulitan untuk memahaminya," ujarnya.

Zaim berharap dengan adanya keterlibatan para ikon ini dapat membantu proses penyerapan nilai-nilai moral dan budi pekerti yang terkandung dalam setiap buku yang mereka bawakan, khususnya di kalangan generasi muda Indonesia.

Untuk memaksimalkan penerapan nilai-nilai moral tersebut, pihaknya akan mengadakan kegiatan roadshow di beberapa lokasi di Jakarta.

Cornelia Agatha yang menjadi ikon buku Layar Terkembang dan Lukman Sardi yang menjadi ikon buku Salah Pilih, mengaku, dirinya sempat kesulitan untuk memahami dari isi buku yang terkandung di dalamnya karena menggunakan sastra klasik.

"Saya harus beberapa kali berkonsultasi dengan pak Taufiq untuk memahami isi buku tersebut. Kami juga harus berulang-ulang membaca buku tersebut," kata kedua artis itu.

Lia panggilan akrab Cornelia Agatha, menilai, penerbitan delapan karya sastra klasik ini sangat baik untuk memberikan pelajaran kepada masyarakat untuk lebih mengenal karya sastra klasik karena masih banyak masyarakat yang tidak mengenal warisan budaya Indonesia itu.

"Kita perlu ada regenerasi untuk mempelajari dan memperdalam isi kandungan sastra klasik yang memiliki nilai moral dan budi pekerti yang baik," tuturnya seraya mengatakan karya satra klasik ini perlu dilestarikan.

Menurut Lukman Sardi pemilihan ikon karya sastra klasik itu berdasarkan latar belakang (background) artis yang dipilih.(*)

Oleh
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009