Kuala Lumpur (ANTARA News) - Siti Hajar, pembantu rumah tangga (PRT) korban penyiksaan oleh majikannya Hau Yuan Tyng, menangis haru ketika berbicara langsung dengan Presiden Yudhoyono melalui telepon seluler milik Duta besar RI untuk Malaysia  Da`i Bachtiar di rumah sakit Universitas Malaya, Kamis.

"Saya mengucapkan terima kasih atas perhatian bapak Presiden menelpon saya langsung. Saya merasa senang karena begitu banyak pejabat pemerintah yang menemui saya di rumah sakit," kata Siti Hajar, sambil terisak-isak.

Siti Hajar berbicara dengan presiden Yudhoyono disaksikan Dubes dan Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia ( BNP2TKI) Jumhur Hidayat di rumah sakit.

Sebelumnya di ujung acara jumpa pers yang digelar di Kantor KBRI Kuala Lumpur, Presiden menghubungi langsung Dubes Da`i Bachtiar, dan tak lama kemudian menghubungi Jumhur Hidayat.

Usai jumpa pers itu, semua wartawan diminta ikut dengan Dubes dan Kepala BNP2TKI berangkat ke rumah sakit Universitas Malaya karena Presiden Yudhoyono akan berbicara langsung dengan Siti Hajar.

Kepedulian presiden Yudhoyono terhadap PRT yang menerima siksaan majikan ditunjukkan pada tahun lalu ketika menemui Nirmala Bonat di sela-sela kunjungannya ke Kuala Lumpur.

Siti Hajar, asal Garut Jawa Barat,  disiksa majikan dan tidak menerima gaji selama 34 bulan. Pada Rabu (9/6)  salah seorang keluarga majikannya datang ke Kedutaan Besar RI di Kuala Lumpur memberikan gajinya selama 34 bulan sebesar 17.000 ringgit.

Walau gaji sudah dibayar, KBRI tetap akan membawa kasus ini ke pengadilan, bahkan telah menunjuk seorang pengacara Malaysia untuk mengawasi dan mengikuti proses hukumnya.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009