Medan (ANTARA News) - Krisis global yang mulai terjadi Oktober 2008 dinilai lebih sulit ditangani dari pada krisis yang terjadi tahun 1997-1998.

"Dari analisis pakar-pakar ekonomi, setidaknya ada tiga alasan mengapa krisis tahun 2008 lebih sulit diatasi dari pada krisis yang terjadi tahun 1997-1998," kata Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Anwar Nasution, di Medan, Kamis.

Alasan pertama karena krisis yangterjadi dewasa ini sudah mendunia dan tidak lagi terbatas pada suatu kawasan tertentu seperti pada tahun 1997-1998 yang rata-rata hanya terjadi di Asia.

Kedua kris yang terjadi tahun 1997-1998, lembaga-lembaga keuangan internasional dan regional maupun negara-negara kaya masih memiliki kemampuan untuk mengulurkan bantuannya kepada negara-negara yang terimbas krisis.

Sementara dewasa ini kemampuan IMF dan bank dunia meupunlembaga-lembaga keuangan regional sangat terbatas sedangkan negara-negara kaya pun ikut dilanda krisis.

Alasan ketiga adalah pada tahun 1997, masih sangat mudah menarik modal asing maupun memperoleh kredit dari pasar komersial internasional. Pemasukan modal asing ini dapat dirangsang antara lain dengan menjual

badan usaha yang dikuasai oleh BPPN maupun dengan melakukan privatisasi BUMN.

"Sementara pada krisis yang terjadi saat ini, aliran modal kenegara-negara berkembang menjadi semakin terbatas dan memperoleh kredit komersil pun menjadi semakin sulit," katanya.

Selain itu, tambah dia, diperkirakan dampak krisis global yang terjadi dewasa ini juga akan berdampak pada meningkatnya jumlah pengangguran akibat terjadinya PHK dan pemulangan TKI.

PHK dan pemulangan TKI itu tidak saja akan menambah berat tekanan pada pasar tenaga kerja di Indonesia tapi sekaligus juga mengurangi pendapatan devisa negara dari penghasilan mereka diluar negeri.

Berdasarkan data Badan Nasional Penempatan dan perlindungan TKI (BNP2TKI), tahun 2008 terdapat sebanyak 196.635 orang TKI bekerja diseluruh dunia, diantaranya sebanyak 105.166 bekerja di negara-negara Asia Pasifik dan Amerika, 91.407 orang di Timur Tengah dan Afrika serta 62 orang di Eropa.

"Dapat dibayangkan bagaimana beban negara ini kalau seandainya smeua TKI itu harus kemabli ke Indonesia akibat krisis global itu,"katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009