Jakarta (ANTARA News) - Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Subandrio mengemukakan, jatuhnya helikopter Puma bernomor registrasi HT 3306 di Pangkalan Udara (Lanud) Atang Sendjaya Bogor, Jabar, Jumat (12/6) siang antara lain karena kerusakan pada auto pilot dan sistem kontrol udara.

Pengecekan dan pengujian di darat (ground test) telah berjalan dan dinyatakan berhasil dan dilanjutkan dengan uji terbang (test flight) sesuai prosedur yang berlaku," katanya, di Mabes TNI AU Cilangkap, Jakarta, Jumat malam.

"Pada uji terbang pertama, semua berjalan baik dan normal. Namun, pada tahap kedua pada ketinggian 15 sampai 20 kaki helikopter tidak dapat dikendalikan dan jatuh di landasan pacu Lanud Atang Sendjaya, Bogor," kata Subandrio.

Tentang penyebab menyeluruh jatuhnya helikopter buatan Perancis itu akan diselidiki oleh tim Mabes TNI AU, katanya menambahkan.

Helikopter SA-330 Puma jatuh sekitar pukul 14.13 WIB dan mengakibatkan empat orang meninggal dunia dan tiga lainnya mengalami luka berat dan masih menjalani perawatan medis di RS Atang Sendjaya, Bogor.

Helikopter buatan 1977 itu memiliki panjang M/R blade 7,5 meter, diameter putaran M/R 18.217 meter, lebar M/R blade 60 sentimeter, tinggi 4.535 meter, panjang pesawat dari nose 14.822 meter dan diameter putaran T/R 3.042 meter.

Helikopter multiguna ini memiliki kemampuan muat personel sepuluh orang VI/VVIP, dan 16 penumpang, kemampuan evakuasi empat pasien tidur dan dua duduk, jumlah awak pesawat VFR satu pilot, IFR 2 pilot, kemampuan muat barang 1.500 kg/di dalam kabin, berat kosong 4.200 kilogram, berat maksimum saat tinggal landas 7.400 kilogram dan bahan bakar AV JP-1.

Capung mesin keluaran pabrik Turmomeca itu memiliki kecepatan jelajah 120 kts, kecepatan maksimum 167 Kts, maksimum ketinggian 16.500 kaki dan jarak terbang 270 mil laut.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009