Detroit, Michigan (ANTARA News/AFP) - Upaya pemerintah mengendalikan perubahan iklim akan mendorong segera terjadinya krisis minyak yang lebih parah dibandingkan dengan krisis minyak manapun yang pernah terjadi, kata bos perusahaan raksasa minyak dan gas ConocoPhillips, Rabu.

"Kami sangat khawatir, jika kita tidak berusaha meningkatkan suplai minyak, maka kita akan menghadapi krisis berikutnya," kata Jim Mulva, CEO ConocoPhillips.

Intervensi pemerintah dalam pasar energi telah mempengaruhi kesediaan perusahaan-perusahaan untuk memompakan miliaran dolar AS dananya untuk pembangunan proyek-proyek baru, tambah Mulva dalam forum ekonomi di Detroit, Michigan, AS.

"Jika kita tidak berinvestasi untuk mengganti sumber energi fosil maka kita akan segera menghadapi tantangan baru yang lebih besar, yakni makin tingginya laju kenaikan harga dan volatilitas (turun naiknya) ongkos energi dibandingkan dengan apa yang telah kita alami sebelumnya," katanya.

"Ini tidak akan membantu pemulihan ekonomi kita," tandasnya.

Komentar ini dilontarkan menyusul upaya Presiden Barack Obama mendorong perluasan penggunaan sumber energi alternatif, aplikasi sistem perdagangan emisi gas karbon dan promosi pengembangan "lapangan kerja hijau (pro lingkungan)" untuk mendorong melesunya perekonomian bangsa.

Mulva mengakui, perubahan iklim memang masalah serius, namun upaya membatasi penggunan bahan bakar fosil dengan cara mengenakan pajak (lebih tinggi) dan aturan-aturan yang membatasi,  hanya akan menambah beban konsumen untuk kemudian menekan perekonomian.

Permintaan energi diperkirakan meningkat signifikan dalam beberapa dekade mendatang sebagai reaksi dari terus berkembangnya perekonomian dan bertambah banyaknya penduduk dunia, dan ini semua tidak bisa diatasi tanpa penggunaan minyak dan gas, demikian Mulva.

"Pandangan terlalu yakin Washington bahwa kita bisa memilih antara energi terbarukan dan bahan bakar fosil adalah keliru," katanya.

"Kami tidak menentang (energi) alternatif dan yang dapat diperbarui. Namun mengatakan kita ingin menyingkirkan bahan bakar fosil demi (digantikan oleh) energi alternatif adalah tidak realistis."

Sementara itu, maskapai US Airways mengingatkan, industri maskapai penerbangan AS yang sedang lunglai akan bangkrut, jika dipaksa harus membayar pajak karbon terhadap bahan bakar jet karena dalam kondisi suplai dan permintaan seperti sekarang ini maskapai tak mungkin membebankan pajak itu ke konsumen.

CEO US Airways Douglas Parker mengatakan pemerintah perlu memfokuskan diri pada cara yang lebih khusus untuk meningkatkan efisiensi energi dan mengurangi dampak kerusakan lingkungan.

"Dari perspektif kami, tidak ada satu pun aturan yang boleh diloloskan yang dapat membuat industri kita lebih termotivasi mengurangi penggunaan bahan bakar jet," kata Parker dalam pertemuan itu.

Ongkos bahan bakar jet yang meningkat tiga kali lipat sejak 2000 dengan puncaknya pada 58 miliar dolar AS tahun 2008, adalah beban usaha terbesar bagi industri penerbangan sipil AS.

Industri maskapai penerbangan AS telah menekan beban ini dengan memangkas konsumsi bahan bakar jet sampai tiga persen selama 2000 - 2008, dan jumlah angkut penumpang dan kargo sebanyak 20 persen, yang telah menghemat keuangan industri ini sebesar 25 persen.

Upaya modernisasi sistem pengendalian lalu lintas udara AS akan memangkas konsumsi 6-15 persen, akibat bakal terkuranginya penundaan dan kepadatan serta mempersingkat frekuensi terbang.

Namun 10 miliar dolar AS untuk modernisasi sistem transportasi udara sokongan pemerintah itu menghadapi kendala dalam pengimplementasiannya.

"Pemerintah telah merancang apa saja yang diperlukan untuk itu dan merealisasiknnya tanpa benar-benar memahami atau peduli pada dampaknya terhadap perekonomian," kata Parker.

Seorang penasihat utama Gedung Putih mengatakan bahwa Obama tidak yakin negara harus memilih antara menjaga lingkungan atau melindungi perekonomian.

"Anda memiliki presiden yang mempunyai pandangan kelingkunganhidup (environtalisme) yang berbeda," kata Van Jones, penasihat khusus Gedung Putih bidang lapangan kerja, perusahaan dan inovasi ramah lingkungan.

"Visi lingkungan Presiden Obama adalah bagaimana menyelamatkan uang rakyat dan membantu rakyat menghasilkan uang," tambahnya.

"Apapun yang baik untuk lingkungan, apapun yang bisa memerangi pemanasan global, adalah (patut menjadi) pekerjaan, (patut dibuatkan) kontrak, (patut menjadi) peluang wirausaha." (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009