Jayapura (ANTARA News) - Calon presiden (Capres) Jusuf Kalla (JK) akan mengunjungi Papua pada Sabtu (20/6) dan dijadwalkan beraudiensi dengan kesebelasan sepak bola kebanggaan masyarakat Papua, Persipura Jayapura di Gedung Olahraga (GOR) Cenderawasih, Jayapura.

Hal itu disampaikan Ketua Tim Pemenangan pasangan Capres JK dan calon wakil presiden (Cawapres) Wiranto atau JK-Win, Paskalis Kossy di Jayapura, Jumat.

"Kesebelasan Persipura yang dijuluki Mutiara Hitam dari ufuk Timur Indonesia sudah menjadi semacam ikon kebanggaan seluruh lapisan masyarakat Papua. Capres JK dijadwalkan bertatap muka dengan kawula muda kebanggaan masyarakat Papua itu," katanya.

Pertemuan ini, lanjut Paskalis memiliki "nilai istimewa" yakni bahwa JK adalah seorang Pemimpin bangsa dan negara Indonesia masa kini yang "punya hati" untuk merangkul orang-orang muda di tanah Papua yang diwakili para pemain tangguh Persipura.

"Perhatian JK pada Mutiara Hitam Persipura merupakan simbol perhatiannya pada seluruh rakyat di tanah Papua," katanya.

Paskalis menjelaskan, pada kesempatan itu juga akan digelar upacara penerimaan JK selaku "anak adat Papua" oleh masyarakat adat Papua dan didaulat sebagai "Pemimpin Bertangan Dingin"

Sebelum memasuki gerbang GOR untuk berdialog dengan masyarakat Nusantara, JK mengikuti satu "upacara adat" dimana JK didaulat oleh para tetua adat sebagai "anak adat Papua".

Ini membuktikan bahwa JK didaulat sebagai Pemimpin yang "bertangan dingin". Dalam memimpin bangsa dan negara RI, JK yang adalah pemimpin bertangan dingin diharapkan mampu bergandengan tangan dengan seluruh rakyat Indonesia dalam mengatasi berbagai cobaan yang melanda Tanah Air tercinta Indonesia seperti bencana alam dan berbagai musibah yang menimpa anak-anak bangsa di berbagai wilayah di Persada Nusantara ini.

Masyarakat Timur khususnya masyarakat adat Papua memiliki kosmologi khas dan kaya makna. Kosmologi masyarakat adat Papua menempatkan manusia dalam keharmonisan dengan: diri sendiri, dengan Sang Khalik Pencipta langit dan bumi, dengan sesama warga suku dan keharmonisan dengan alam semesta.

Pola pikir Kosmologi ini menghendaki agar manusia hidup dalam relasi yang harmonis dengan diri, sesama manusia, alam dan Pencipta sehingga apabila dalam hidupnya manusia sering mendapat bencana dan musibah berarti ada ketidakharmonisan dari relasi tersebut.

Seorang Pemimpin (adat,suku, masyarakat dan bangsa) harus memiliki keharmonisan tersebut sehingga alam tetap bersahabat dengannya yang pada gilirannya manusia itu hidup penuh damai dan sejahtera. (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009