Anyer (Banten) (ANTARA News) - Bank BRI akan terus berupaya melakukan efisiensi sehingga dapat mendukung penurunan suku bunga pinjaman di tengah masih besarnya ancaman likuiditas yang ketat.

"Bank adalah sebuah industri yang bersifat `high leverage` sehingga peranan likuiditas sangat penting," kata Kepala Desk Investor Relation Bank BRI, Haru Koesmahargiyo dalam press gathering di Anyer, Banten, Sabtu.

Menurut dia, apabila terjadi krisis likuiditas akan terjadi resiko sistemik yang berakibat jauh lebih besar dari sekedar mempertahankan tingkat bunga pinjaman.

"Pilihan terbaik bagi bank adalah tetap mempertahankan likuiditas, sementara untuk menurunkan tingkat suku bunga dilakukan dengan melakukan efisiensi," katanya.

Menurut dia, hal itu menjelaskan mengapa penurunan BI rate tidak secara otomatis diikuti dengan penurunan suku bunga kredit.

Kondisi likuiditas saat ini yang ketat, jelas Haru, disebabkan oleh berbagai hal yaitu sebagai dampak dari krisis finansial global dan minimnya transaksi antar bank akibat krisis kepercayaan.

Dalam kondisi likuiditas ketat, pemerintah juga menerbitkan obligasi negara dengan tingkat suku bunga yang lebih tinggi dari bunga deposito.

Ia menyebutkan, krisis global telah memicu pengetatan likuiditas yang berakibat krisis likuiditas di bank-bank Indonesia.

Menurut dia, BI rate dan suku bunga pinjaman memang berkaitan erat tetapi BI rate merupakan instrumen moneter sementara suku bunga kredit merupakan hasil dari interaksi antara permintaan dan penawaran.

Suku bunga kredit yang bertahan disebabkan karena meningkatnya biaya bunga simpanan, menurunnya prosi dana murah bank, dan meningkatnya potensi kenaikan kredit bermasalah atau NPL.

Ia menyebutkan, kinerja perbankan per April 2009 menunjukkan bahwa pertumbuhan kredit dari April 2008 sebesar Rp1,06 triliun menjadi Rp1,30 triliun, belum didukung dengan perbaikan kaulitas kredit.

NPL mengalami kenaikan dari 3,82 persen menjadi 4,06 persen. Rasio Kecukupan modal (CAR) juga turun dari 19,39 persen menjadi 17,83 persen.

Demikian juga efisiensi bank yang dilihat dari rasio biaya operasi terhadap pendapatan operasi (BOPO) juga turun dari 86,37 menjadi 89,16 persen.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009