Cirebon (ANTARA News) - Cawapres Prabowo Subianto menegaskan, rakyat harus memilih apakah akan tetap menjadi bangsa yang tetap miskin dan tergantung pada bantuan negara lain atau kembali ke jatidiri sebagai bangsa yang mandiri dan dihargai negara lain.

"Saya dan Ibu Megawati menawarkan kepada rakyat apakah akan melanjutkan kondisi bangsa seperti ini atau mau perubahan, kembali ke jatidiri bangsa yang mandiri dan dihargai," tegasnya pada kampaye dialogis bersama warga Kabupaten Kuningan di Rumah Makan Lembah Ciremai, Kuningan, Jabar, Sabtu sore.

Ia mengatakan, negara Indonesia merupakan negara yang kaya dengan sejumlah komoditi unggulan serta sejumlah anak bangsa yang sudah mampu namun karena salah strategi akhirnya menjadi bangsa yang miskin dan lebih suka meminjam uang untuk membiayai pembangunan.

"Saya tidak melihat strategi ekonomi bangsa ini, walaupun sudah 64 tahun merdeka. Bahkan ternyata selama 12 tahun kita mengalami kebocoran dana yang dilarikan ke luar negeri, dengan nilai rata-rata Rp200 trilun per tahun," katanya.

Menurut Prabowo, kehancuran ekonomi Indonesia juga akibat kesalahan strategi yang menggunakan ekonomi liberal yaitu membiarkan usaha kecil di Indonesia bersaing dengan pemodal besar termasuk dari luar negeri.

"Tidak mungkin usaha kecil bermodal Rp50 ribu bisa bersaing dengaan pemodal Rp5 miliar. Akibat ekonomi liberal ini yang menikmati kekayaan hanya segelintir orang saja," katanya.

Prabowo bersama Megawati menawarkan konsep ekonomi kerakyatan dengan memanfaatkan sumber kekayaan alam untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat sesuai pasal 33 UUD 1945.

Ia mencontohkan, pohon aren yang mampu menghasilkan 20 ton etanol per hektar sudah diincar negara lain seperti Colombia dan Tanzania untuk memandirikan kebutuhan energi negara itu,

"Dua negara itu mengembangkan enam juta hektar lahan untuk ditanami Aren yang bibitnya diambil dari Sulawesi Utara. Ini bukti masih banyak komoditi yang belum dikelola dengan baik oleh Pemerintah," katanya.

Sebelumnya Prabowo juga mengkritik BLT dan PNPM yang terbukti menggunakan hutang dari luar negeri, serta sejumlah laporan keuangan Pemerintah yang dinilai disclaimer oleh BPK.

"Ada Rp600 Trilun dana pemerintah yang dinilai disclaimer oleh BPK, artinya BPK sendiri tidak berani memberikan pendapat atas laporan pemerintah itu," katanya.

Mengakhiri orasinya Prabowo mengutip sebuah hadis Nabi Muhammad SAW bahwa "Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum jika kaum itu tidak berusaha mengubahnya sendiri".(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009