Teheran (ANTARA News/AFP) - Paling tidak 10 orang tewas dalam aksi kekerasan terbaru di Teheran, kata televisi pemerintah, Minggu, sementara oposisi tetap menentang para penguasa Iran menyangkut pemilihan yang disengketakan itu.

Pemimpin oposisi Mir Hossein Mousavi mengecam pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei setelah polisi terlibat bentrokan dengan ribuan pemrotes Sabtu di ibu kota itu, merupakan kerusuhan terburuk dalam 30 tahun sejak revolusi Islam 30 tahun lalu.

Televisi pemerintah mengatakan 10 orang tewas dan lebih dari 100 lainnya cedera akibat kerusuhan dan bentrokan di Teheran, Sabtu.

Televisi itu juga memberitakan bahwa beberapa orang tewas ketika para perusuh membakar sebuah masjid, tetapi kemudian mengatakan tidak ada korban jiwa dalam insiden itu.

Pekan lalu,media pemerintah melaporkan paling tidak tujuh orang tewas dan banyak lagi yang cedera dalam aksis kekerasan dan protes pasca pemilihan yang melanda negara itu sejak Sabtu lalu.

Mousavi, yang memimpin gelombang besar oposisi publik pemilihan presiden 12 Juni yang menghasilkan Presiden Mahmoud Ahmadinejad kembali terpihih untuk masa jabatan keduanya, menuduh para penguasa negara itu melakukan "kecurangan" dan memperingatkan situasi akan berbahaya jika tindakan keras terhadap para pengunjuk rasa terus dilakukan.

Ia mengecam Ayatollah Ali Khamenei, pemimpin tertinggi yang memiliki semua kekuasaan, setelah polisi menembakkan gas air mata dan meriam air terlibat bentrok dengan ribuan pemrotes yang mengabaikan ultimatum dari Khamenei untuk mengakhiri protes-protes mereka di jalan-jalan.

Para pemimpin dunia menyatakan kekuatiran mereka atas aksi kekerasan yang telah menggoyahkan tiang-tiang pemerintah itu dan menimbulkan kecemasan atas masa depan kekuasaan Muslim Syiah kawasan itu.

Irak membalas komentar itu, dengan menuduh pemerintah-pemerintah asing ikut campurtangan.

"Kami menyerukan pemerintah Iran menghentikan semua aksi kekerasan dan tindakan tidak adil terhadap rakyatnya sendiri," kata Presiden AS Barack Obama, yang menyerukan dialog dengan Teheran setelah tiga dasawarsa hubungan kedua negara putus.

"Pemerintah Iran harus mengerti bahwa dunia sedang mengawas negara mereka."

Mousavi, mantan perdana menteri yang dikalahkan Ahmadinejad dalam pemilihan presiden itu nengecam Khamenei dalam satu tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap pemimpin yang menguasai Iran selama 20 tahun itu.

Dalam penampilan publik pertama sejak pemilihan itu, Khamenei Jumat mengesampingkan kecurangan dalam pemilihan itu dan memperingatkan bahwa para pemimpin oposisi itu akan memikul tanggungjawab atas "darah, kerusuhan dan kekacauan" jika mereka tidak mengakhiri protes-protes yang telah melanda Teheran dan kota-kota lainnya dalam pekan lalu.

Tetapi Mousavi, yang berhaluan moderat itu menegaskan kembali tuntutanya bahwa satu pemilu baru setelah hasil resmi menunjukkan ia kalah melawan Ahmadinejad.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009