Jakarta (ANTARA News) - Hasil survei Indonesia Development Monitoring (IDM) menunjukkan tingkat keterpilihan atau elektabilitas pasangan Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto mengungguli dua pasangan lainnya, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Boediono dan Jusuf Kalla (JK)-Wiranto.

Megawati-Prabowo meraih 44,3 persen suara responden, sedangkan SBY-Boediono memperoleh 30,43 persen dan JK-Wiranto 13,2 persen, demikian Direktur Eksekutif IDM Dwi Mardianto dalam "launching" survei elektabilitas capres-cawapres di Jakarta, Senin.

Sebanyak 12,6 persen responden lainnya menyatakan abstain atau belum menentukan pilihan.

Dwi mengungkapkan, survei dilakukan pada 1-16 Juni dengan mengambil sampel 2.047 responden dari seluruh provinsi di Indonesia.

Dari jumlah tersebut 1.550 responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka dan melalui telepon, dan sisanya 497 orang diwawancarai dengan pertanyaan melalui SMS.

Responden adalah orang yang mempunyai hak pilih, yakni mereka yang sudah berumur 18 tahun atau lebih atau sudah menikah ketika survei dilakukan.

"Kita adalah lembaga survey independen, tidak dibiayai oleh ketiga pasangan capres-cawapres, sehingga objektifitas dan independensi lembaga survey tetap terjaga," tegasnya dalam acara yang juga dihadiri tim sukses ketiga kandidat.

IDM menyampaikan daftar pertanyaan yang ditanyakan kepada responden diantaranya adalah masalah hukum tentang pemberantasan korupsi, keamanan masalah Malaysia memasuki Ambalat, kecelakaan transportasi yang meningkat.

Pada bidang ekonomi, tentang masalah harga BBM yang turun menjadi Rp4500 per liter, suku bunga yang mencapai 14-16 persen dan dana bantuan langsung tunai serta utang luar negeri, dan tentang politik mengenai perdamaian Aceh.

Menanggapi hasil survei tersebut, anggota tim sukses pemenangan capres-cawapres SBY-Boediono Ruhut Sitompul mengatakan menghormatinya dan akan menjadikannya sebagai bahan evaluasi bagi timnya.

"Lembaga survei merupakan salah satu bukti perkembangan teknologi, jadi apapun hasilnya kita sangat menghormatinya untuk menjadi bahan evaluasi, kendati IDM kini menempatkan pasangan yang diusungnya di posisi kedua," kata dia.

Pernyataan ini berbeda dari Ketua DPP Partai Hanura Fuad Bawazier yang meminta masyarakat waspada pada menjamurnya lembaga survei karena sebagian lembaga survei tersebut tidak jelas dan kurang profesional.

Sementara itu, Dosen Ilmu Politik Universitas Indonesia Boni Hargens menyebut metode survei dari IDM cukup bagus karena mengikutkan pertanyaan-pertanyaan yang selama ini sulit dilakukan lembaga survey lainnya.

"Saya percaya elektabilitas SBY-Boediono saat ini memang sedang turun, sebagaimana hasil IDM," kata dia. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009