Singapura,(ANTARA News) - Harga minyak turun di perdagangan Asia Kamis di tengah menguatnya dolar AS setelah bank sentral AS, Federal Reserve menyampaikan kembali kebijakannya mengenai upaya mempertahankan tingkat suku bunga mendekati nol persen.

Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah jenis "light sweet" untuk pengiriman Agustus turun 15 sen menjadi 68,52 dolar per barel, demikian dikutip dari AFP.

Minyak mentah Laut Utara "Brent" juga pengiriman Agustus turun 16 sen menjadi 68,17 dolar AS per barel. Kinerja dolar AS merupakan faktor utama pada pasar minyak karena menguatnya "greenback" menjadikan komoditas yang dihargai dengan dolar AS itu lebih mahal bagi para pemilik mata-mata uang lain dan menurunnya permintaan.

Dolar ASmerupakan salah satu pendorong setelah Federal Reserve AS membuat suatu kesimpulan bahwa pertemuan dua harinya mencapai suatu kesepakatan mempertahankan suku bunga hampir nol, untuk menstimulus ekonomi terbesar di dunia dari resesi berkelanjutan.

Komisi Pasar Terbuka Federal mengatakan bahwa "kondisi ekonomi yang cenderung sangat rendah menjamin tingkat suku bunga dana federal diperpanjang periodenya."

Tanda-tanda bertentangan seputar pemulihan kuat ekonomi global yang terpukul resesi telah menyebabkan kenaikan tidak menentu dalam harga minyak baru-baru ini, dengan beberapa analis mengatakan bahwa harga di mana pemulihannya jauh di tengah melemahnya permintaan.

Capital Economics mengatakan Kamis bahwa perdagangan dunia, yang sangat terpukul oleh krisis ekonomi, "mungkin mendekati kestabilan....tetapi berbagai tanda masih menunjukkan pemulihan."

Minyak mentah berjangka merosot dari rekor tinggi lebih dari 147 dolar AS per barel pada Juli 2008 menjadi sekitar 32 dolar pada Desember 2008 karena pelemahan ekonomi telah memangkas permintaan energi, tetapi pasar telah kembali membaik di tengah harapan pemulihan.

Sementara pasar juga melihat data dari Departemen Energi AS pada Rabu yang menunjukkan cadangan minyak mentah menurun 3,8 juta barel pada minggu yang berakhir 19 Juni, lebih tajam dari prediksi sebagian besar analis 1,3 juta barel. Namun persediaan bensin melonjak 3,9 juta barel dibandingkan dengan ekspektasi naik satu juta barel.

Pasar sementara juga tetap dicekam oleh kerusuhan pasca pemilu di Iran, produsen minyak mentah utama anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC).

Para analis mengkhawatirkan bahwa memburuknya krisis tersebut dapat menyebabkan pemerintah Iran mengurangi pasokan minyak atau memblokir Selat Hormuz dan menghambat jalan vital untuk tanker-tanker minyak.(*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009