Seoul (ANTARA News/AFP)- Korea Utara (korut), Kamis, memperingatkan bahwa "awan gelap perang nuklir" berkumpul di Semenanjung Korea dan berikrar akan memperkuat kesiapan senjata atomnya ditengah peringatan ulang tahun Perang Korea 1953-1955.

Rodong Sinmun, surat kabar partai komunis yang berkuasa, menuduh Amerika Serikat dan sekutunya Korea Selatan berusaha memprovokasi perang baru dengan membantu "payung" nuklir AS kepada Korsel.

"Satu situasi yang menyangsikan terwujud di Semenanjung Korea dengan awan gelap perang nuklir yang makin menggumpal," kata surat kabar itu dalam satu ulasan panjang memperingati ulang tahun Perang Korea.

Surat kabar itu mengatakan satu perang baru bisa meletus setiap saat dan Korut akan terus memperkuat persediaan senjata nuklirnya.

"Selama kebijakan bermusuhan AS terus dilakukan, kami tidak akan menghentikan pencegahan nuklir kami dan bahkan memperkuatnya," kata Rodong.

Konflik itu pecah pada 25 Juni 1950 dan berakhir melalui satu gencatan senjata bukan satu perjanjian perdamaian, yang menyebabkan Korut yang komunis dan Korsel yang kapitalis secara teknis masih berperang.

Hubungan lintas perbatasan memburuk sejak pemerintah konservatif berkuasa di Seoul tahun lalu dengan satu kebijakan yang lebih keras terhadap Korut.

Ketegangan internasional pun meningkat sejak peluncuran roket jarak jauh Korut awal April dan uji coba nuklirnya akhir Mei.

Korut juga menembakkan rudal-rudal jarak pendek, mencabut gencatan senjata di Semenanjung dan berulang kali memperingatkan kemungkinan perang.

Dalam KTT AS-Korsel di Washington pekan lalu, AS menegaskan komitmennya untuk membantu Korsel dengan payung perlindungan nuklir.

Para pejabat yakin Korut akan menembakkan rudal-rudal jarak pendek atau jarak menengah di lepas pantai timurnya dalam dua pekan ke depan, setelah memperingatkan kapal-kapal asing untuk menjauh dari satu daerah khusus selama periode itu.

Washington juga mengatakan pihaknya siap menghadapi kemungkinan Korut menembakkan satu rudal jarak jauh ke arah Hawaii, mungkin sekitar tanggal 4 Juli bertepatan dengan Hari Kemerdekaan AS.

Korut mengecam keras keputusan Dewan Keamanan PBB 12 Juni yang memberlakukan sanksi-sanksi baru, termasuk memperketat larangan pengiriman senjata.

Pada 13 Juni, Korut berikrar akan membuat lagi bom-bom nuklir dari plutonium dan memulai program senjata-senjata atom dari uranium yang diperkaya.

Sebagai bagian dari usaha-usaha untuk mengekang program-program senjata Korut, sebuah kapal perusak AS mengawasi sebuah kapal kargo yang diperkirakan milik Korut yang tampak menuju Myanmar.

Departemen Pertahanan AS mengatakan kapal Kang Nam I masih dipantau tetapi menolak mengatakan di mana kapal itu berada, atau apakah Angkatan Laut AS akan memeriksanya.

Dalam konflik tahun 1950-1953 AS memimpin pasukan PBB yang berperang membantu Korsel melawan Korut dan China. (*)

Pewarta: Luki Satrio
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009