Jakarta (ANTARA) - Kapolri Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri mengatakan, penanganan terorisme saat ini tidak cukup dengan menggunakan pendekatan kekerasan (hard power) tetapi juga dengan pendekatan kemanusiaan (soft power).

"Kalau dulu, polisi menangani kasus terorisme dengan pendekatan represif, namun saat ini dengan pendekatan kekeluargaan dan kemanusiaan agar kasus itu lebih cepat terungkap," katanya di Jakarta, Kamis.

Pernyataan itu dikemukakan Kapolri kepada wartawan setelah membuka seminar Implementasi Prinsip dan Standarisasi HAM dalam Penyelenggaraan tugas Polri ke depan.

Menurut Kapolri, kalau dulu, politik bertindak setelah ada aksi terorisme, nmaun sekarang aksinya belum terjadi polisi sudah mampu mendeteksi lebih awal melalui pendekatan soft-power tersebut.

Mengenai warga negara asing yang diperiksa menyusul penangkapan sejumlah orang yang diduga teroris di Cilacap dan Lampung, Kapolri mengatakan semuanya masih ditangani polisi.

"Saat ini masih dalam penanganan khusus Densus 88," katanya.

Menurut Kapolri, hingga kini belum diketahui keterlibatan oknum WNA itu dalam rencana peledakan Bandara Internasional Changi, Singapura.

Polisi menangkap sejumlah orang yang diduga terlibat dalam rencana aksi terorisme di Singapura. Status mereka belum jelas dan berapa jumlah tersangka dan itu sedang ditangani oleh Kabareskrim.

"Soal itu jangan tanya saya lagi, kan ada Kabareskrim," kata Kapolri.

Polri juga bekerjasama dengan Departemen Agama, Kantor Menko Kesra dan lainnya untuk menangani masalah terorisme agar semuanya mudah terungkap. (*)

Pewarta: Luki Satrio
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009