Semarang (ANTARA News) - Wacana pelaksanaan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2009 satu putaran merupakan pembodohan politik, kata mantan aktivis mahasiswa Fadjroel Rachman di Semarang, Kamis.

"Program masing-masing capres yang seharusnya dijual, baru setelah itu rakyat yang menentukan satu atau dua putaran. Jadi yang ditonjolkan jangan satu putarannya. Itu namanya pembodohan politik," kata Fajroel.

Berkaca pada hasil Pemilu Legislatif 2009, untuk dapat satu putaran pada Pilpres 2009 sangat sulit karena ada kelompok golput atau mereka yang tidak menyalurkan hak pilihnya.

Ia mencontohkan, pada saat pemilu legislatif ada 62 juta pemilih yang golput terdiri atas 49,6 juta pemilih sengaja tidak datang ke tempat pemungutan suara (TPS) dan sebanyak 17,5 juta datang ke TPS tetapi merusak surat suara.

Fadjroel memprediksikan pada Pilpres 2009 akan ada sekitar 80an juta golput.

Berdasarkan aturan yang berlaku, satu putaran terjadi jika tercapai suara 50 persen lebih dengan sebaran 20 persen di setiap provinsi.

"Jika capres Jusuf Kalla mengambil Indonesia bagian Timur, kemudian Megawati dan Susilo Bambang Yudhoyono memperebutkan Jawa, maka akan sulit untuk terjadi pilpres satu putaran," katanya.

Wacana satu putaran pada Pilpres 2009, tidak hanya disampaikan lewat lisan, tetapi hasil pantauan di jalur Pantura Semarang-Pati, ada beberapa spanduk yang dipasang di sepanjang jalan mengenai wacana tersebut.

Spanduk bertuliskan Satu Putaran Rp4 triliun, Dua Putaran Rp8 triliun. Mari Dukung Pilpres Satu Putaran dan ada tulisan Lanjutkan pada pojok kiri bawah.

Pesan yang ingin disampaikan dalam spanduk tersebut adalah menghemat biaya pemilu sebanyak Rp4 triliun, namun tidak ada penjelasan selain hanya penghematan biaya, kritik Fajroel. (*)

Pewarta: Ricka Oktaviandini
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009