Jakarta (ANTARA News) - Jalannya pemilihan presiden (pilpres) di Indonesia tidak akan seperti di Iran yang hingga kini masihmenuai protes dari massa pendukung calon yang kalah, kata Pengamat Politik Universitas Indonesia, Ibnu Hamad di Jakarta, Kamis.

Ibnu memprediksikan, pilpresakan diselenggarakan pada 8 Juli nanti akan berlangsung dan berakhir dengan damai, karena posisi Indonesia hingga kini tidak tergantung dan terpengaruh oleh Barat.

Selain itu, media massa Barat memandang Indonesia sebagai salah satu negara yang cukup berhasil dan baik dalam menegakkan demokrasi.

Berbeda dengan Iran yang kini banyak bermasalah dengan negara-negara Barat terutama AS, bahkan Presiden pemenang Pemilu Mahmoud Ahmadinejad tidak disukai negara Barat.

Dengan demikian, negara Barat akan berusaha menempuh cara-cara untuk menggoyang hasil Pemilu yang hampir 63 persen dimenangkan oleh presiden "incumben" tersebut.

Menurut Ibnu, salah satu upaya untuk menggagalkan terpilihnya Mahmoud Ahmadinejad adalah dengan menjadikan mantan Perdana Menteri Mir Hossein Mousavi untuk menolak hasil perolehan suara yang dianggap curang.

"Mousavi hanya dijadikan sebagai `peluru` oleh negara Barat untuk mencapai kepentingannya," kata dia.

Sebagaimana diketahui, negara Barat takut dengan terpilihnya kembali Ahmadinejad karena khawatir program nuklir yang dia gagas sebelumnya akan berlanjut.

Sementara, di Indonesia kepentingan Barat terhadap hal-hal semacam itu tidak ada. "Selain itu saya yakin masyarakat Indonesia sudah cukup cerdas dan dewasa dalam melaksanakan Pemilu," kata dia.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009