Kolombo (ANTARA News) - Seorang paranormal kondang Sri Lanka malah tak dapat meramalkan nasib sendiri setelah  diciduk oleh polisi karena mengeluarkan ramalan politik yang tak mendukung presiden.

Polisi dari Departemen Penyelidikan Pidana (CID) menangkap juru ramal Chandrasiri Bandara setelah ia meramalkan perubahan politik yang tak menguntungkan Presiden Mahinda Rajapakse.

"Ia kini diinterogasi mengenai satu pernyataan politik yang dikeluarkannya," kata jurubicara polisi Ranjith Gunasekara, tanpa memberi perincian.

Karena banyak warga Sri Lanka percaya pada ramalan astrologi, para ahli nujum dapat memainkan peran dalam mempengaruhi keputusan di tempat pemungutan suara dan telah melakukan itu pada masa lalu.

Rakyat Sri Lanka dari segala lapisan masyarakat mengikuti ramalan bintang secara seksama, dan politisi seringkali berkonsultasi secara pribadi dengan paranormal guna membantu mereka memutuskan menit, jam, hari yang paling menguntungkan untuk melakukan apa saja mulai dari menghadapi pemilihan umum sampai memangku jabatan.

Bandara merupakan penulis kolom astrologi terkenal, menjadi pembawa acara tayangan TV dan radio yang membahas horoskop.

"Ia diinterogasi selama tiga hari belakangan dan ia dibawa ke dalam tahanan oleh CID," kata seorang anggota keluarganya, yang tak mau disebutkan jatidirinya karena takut akan tindakan pembalasan.

Pekan ini, satu koalisi media dan kelompok hak asasi manusia mendesak presiden  agar mempertimbangkan kembali satu keputusan untuk mendirikan kembali Dewan Pers, yang telah lama tak berfungsi dan memiliki wewenang untuk memenjarakan dan mendenda wartawan.

"Budaya media tak dapat dilandasi atas penjatuhan dakwaan atas wartawan, mendenda mereka atau mengirim mereka ke penjara," kata kelompok tersebut dalam satu pernyataan.

Pemerintah menyatakan satu komite parlemen menyebutkan sewa kantor dan gaji staf dewan tersebut masih tetap dibayarkan padahal dewan itu tak melaksanakan pekerjaan.

Sri Lanka memiliki sejarah panjang kekerasan terhadap wartawan, dan pembunuhan, penculikan serta serangan terjadi sementara pelakunya jarang tertangkap.

Puluhan wartawan telah melarikan diri dari Sri Lanka setelah menerima ancaman pembunuhan oleh kelompok tak dikenal sejak berakhirnya perang 25 tahun melawan pemberontak separatis Macan Tamil pada Mei.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009