Jakarta (ANTARA News) - Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Lili Romli menilai kampanye negatif adalah bagian dari strategi kampanye dan proses pendidikan politik masyarakat.

"Ini kan bagian dari strategi di tengah masyarakat yang memang belum bisa menerima kampanye negatif," kata Lili, dalam konferensi pers bertema "Pilpres dan Kampanye Negatif" di Jakarta, Senin.

Lili menguraikan, kampanye negatif berbeda dari kampanye hitam, kalau kampanye negatif adalah demi mengkritisi program politik lawan, maka kampanye hitam adalah menyebarkan fitnah kepada lawan.

Dia bahkan menyebut kampanye negatif sebagai bagian dari proses pendidikan politik masyarakat demokrasi, kendati di Indonesia baru melangkah ke hal-hal sepele tidak substansial seperti masalah pribadi.

"Di negara Barat kampanye negatif ini marak, tetapi dengan menyerang program lawan, bukan seperti di Indonesia yang hanya menyerang masalah sepele seperti agama dan istri tidak berkerudung," jelasnya.

Lili mengkritik aplikasi kampanye negatif di Indonesia yang hanya mengupas masalah di permukaan, belum menyentuh esensi program, sehingga alih-alih menjadi pendidikan politik, yang terjadi malah membodohi masyarakat.

Lili menjamin, kampanye negatif belum tentu menurunkan elektabilitas kandidat. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009