Jakarta (ANTARA News) - Utang luar negeri (LN) Indonesia kepada Amerika Serikat sebesar 29,91 juta dolar AS dialihkan untuk konservasi keanekaragaman hayati di hutan-hutan Sumatra.

"Total utang sebenarnya 21,6 juta dolar AS, ditambah dengan bunga selama delapan tahun jadi 29,91 juta dolar AS," kata Direktur Eksekutif Kehati, Damayanti Buchori, usai penandatanganan program "Debt for Nature Swap" (DNS) di Jakarta, Selasa.

Seluruh utang luar negeri tersebut akan dialihkan untuk memfasilitasi upaya konservasi, proteksi, restorasi, dan pemanfaatan berkelanjutan hutan tropis di Sumatra, tepatnya di sekitar Taman Nasional Batang Gadis Sumatra Utara, Taman Nasional Bukit Tiga Puluh Sumatra bagian tengah, dan Taman Nasional Way Kambas Sumatra bagian selatan.

Dalam hal ini, ia mengatakan, dua LSM lingkungan yang menjadi swap partner yakni Conservation International (CI) dan Kehati dari Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia membeli utang luar negeri Indonesia dari AS masing-masing satu juta dolar AS guna mendukung program konservasi tersebut.

"Pemerintah AS sendiri menambahkan 400.000 dolar AS untuk program ini," ungkapnya.

Ia menambahkan karena dana utang tersebut berasal dari dana masyarakat AS maka pengalihan dana akan langsung diberikan pada LSM melalui rekening Trust Fund yang dalam hal ini dipegang oleh HSBC, bukan melalui APBN atau pemerintah.

Menteri Kehutanan MS Kaban sendiri mengatakan hal terpenting yang perlu diperhatikan dari pengalihan dana utang tersebut adalah institusi atau trust fund yang akan mengelola seluruh dana.

Ia menjelaskan bahwa pengalihan dana utang luar negeri tersebut telah dilakukan oleh Departemen Keuangan, dan program siap dilaksanakan 2009. "Depkeu juga katakan ini sudah dapat dimulai sesuai dengan program-program yang disepakati."

Menteri menjelaskan bahwa utang yang dialihkan tersebut merupakan utang lama Indonesia yang telah jatuh tempo tetapi masih tersisa lalu dialihkan untuk program tersebut.

"Jadi intinya Kehutanan sudah mengurangi utang luar negeri Indonesia sebesar 30 juta dolar AS," ujarnya.

Menurut Kaban, kontrol dari penggunaan dana tersebut akan sangat ketat, audit pun sangat penting dilakukan. "Saya setuju, karena ini langsung ke NGO dengan tim pengawasan yang ketat". (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009