Magetan (ANTARA News) - Richa Dwiyana Margareta (21), kru pesawat Yaman yang mengalami kecelakaan di Kepulauan Komoro, sejak kecil ingin menjadi seorang pramugari, meski cita-cita tersebut bertentangan dengan keluarganya.

"Setamat dari SMA Negeri 6, Richa melanjutkan ke sekolah pramugari selama setahun di Yogyakarta. Habis itu, kok saya dengar kabar kalau keponakan saya itu sudah bekerja jadi pramugari," ujar Paman Richa, Kadimin, Rabu.

Putri kedua dari pasangan Suyono dan Dwi Nuryati itu, setelah lulus dari SDN Duyung 1 Magetan, telah bersekolah di Kota Madiun. Richa tercatat sebagai siswa di SMP Negeri 6 Kota Madiun, dan setelah itu melanjutkan ke SMA Negeri 6 Kota Madiun.

Menurut Kadimin, menjadi pramugari merupakan keinginan Richa sejak kecil, namun keinginan tersebut bertentangan dengan keinginan keluarganya, terlebih sang ibu, yang selama 10 tahun terakhir ini bekerja di Hongkong.

"Bisa dibayangkan kesedihan keluarga setelah mendengar kabar jika Richa ikut menjadi korban dalam kecelakaan pesawat yang diawakinya," katanya.

Hingga kini, keluarga masih belum percaya jika Richa menjadi korban tewas. Keluarga masih berharap, Richa bisa selamat dari musibah itu.

Saat ini, semua anggota keluarga berkumpul di rumah paman Richa yang lainnya, Didik, yang kebetulan juga menjabat sebagai Kepala Desa Duyung, Takeran.

Menurut Paman Richa lainnya, Suhartono, kontak terakhir keluarga dengan Richa adalah beberapa hari sebelum kecelakaan. Dalam kontak itu, Richa sempat mengutarakan jika akan pulang dalam waktu dekat.

"Hanya saja waktunya tidak disebutkan. Yang pasti dalam waktu dekat, saya sendiri juga tidak ingat karena hanya mendengar cerita dari ayah Richa, Suyono," katanya.

Terkesan ditutup-tutupi, Suhartono mengatakan Richa dalam keseharian dikenal pandai bergaul, karena itu tidak heran jika ia bisa diterima bekerja sebagai pramugari.

Richa memiliki seorang kakak perempuan, Citra Nurwidya Febriana dan seorang adik laki-laki, Ridho Candra Nutriyantoko.

Saat ini, keluarga benar-benar telah kehilangan kontak dengan Richa, bahkan saat keluarga berusaha menghubungi telpon genggam Richa juga tidak aktif. Keluarga berharap segera ada kepastian tentang keadaan Richa.

"Kami sangat berharap, keadaan Richa bisa segera diketahui. Semoga Richa bisa pulang dalam keadaan selamat, namun jika Tuhan berkehendak lain, kami juga minta kepada yang berwenang untuk segera membawa pulang jenazah Richa," katanya, seraya menghindari wartawan.

Rumah tempat tinggal keseharian Richa di desa yang sama, terlihat tertutup rapat. Para wartawan dilarang untuk mengambil gambar atau memperoleh keterangan.

Seluruh anggota keluarga terkesan menutupi informasi tentang latar belakang Richa. Keluarga hanya memberikan informasi seadanya.

Sebelumnya, Kantor berita AFP melaporkan bahwa sebuah pesawat Airbus A330-200 yang dioperasikan maskapai penerbangan milik negara Yaman, Yemenia Air, yang lepas landas dari Paris menghilang di antara wilayah Yaman dan Komoro dengan 147 penumpang di dalamnya.

Dalam laporan itu, Richa disebut-sebut menjadi salah satu korbanya yang hingga kini belum diketahui kepastiannya. (*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009