Saya melihat bola masuk, seketika saya berlari melakukan selebrasi. Bahkan saya tidak sadar bola kemudian disapu oleh Gallas, saya tidak peduli
Mantan pemain Liverpool, Luis Garcia, saat membantu pengundian babak 16 besar Liga Champions 2018/19 di markas UEFA di Nyon, Swiss, Senin, 17 Desember 2018. (ANTARA/REUTERS/Denis Balibouse)


Sedangkan Garcia seusai gantung sepatu sejak 2016 kerap diberondong pertanyaan mengenai gol tersebut. Dalam program The Football Social asuhan stasiun televisi Sky Sports pada 2019, Garcia menegaskan keyakinannya bahwa gol itu sah adanya.

"Sejujurnya, saya paham kalau ada orang-orang yang bilang bola belum masuk, terlebih pada masa itu belum ada teknologi penunjang ataupun kamera yang dipasang sejajar garis gawang untuk memastikan hal tersebut," kata Garcia.

"Tapi, saya akan tetap bilang itu masuk...reaksi saya saat itu, setelah menendang bola dan melihatnya sudah masuk ke gawang, seketika saya melupakan semuanya. Jika saya tidak melihat bola sudah masuk atau ada keraguan, pasti saya menoleh ke hakim garis atau wasit."

Baca juga: Luis Garcia yakin Adam Lallana masih bisa lebih baik

"Saya melihat bola masuk, seketika saya berlari melakukan selebrasi. Bahkan saya tidak sadar bola kemudian disapu oleh Gallas, saya tidak peduli."

"Setelah hampir 15 meter berlari saya menyadari tidak ada rekan setim menghampiri dan atmosfer stadion juga saat itu seketika sepi setelah sempat sorak sorai ramai, ketika menoleh saya baru melihat rekan-rekan mendatangi saya ikut berselebrasi."

"Tapi, tidak sedetik pun terbersit keraguan soal bola itu sudah masuk gawang atau belum. Saya tahu pendapat suporter Chelsea ataupun Gallas, dan bisa memahami jika mereka bilang sebaliknya."

Baca juga: UEFA pangkas waktu koreksi keputusan wasit lewat VAR

Di sepak bola era dewasa ini, insiden dramatis seperti "gol hantu" ataupun "Gol Tangan Tuhan" milik Diego Maradona agaknya tak akan terjadi sebab diterapkannya teknologi asisten wasit video (VAR) untuk membantu meminimalisasi kesalahan keputusan wasit dalam sebuah pertandingan.

Namun demikian, kehadiran VAR tetap menghadirkan drama dalam cara yang berbeda, termasuk berlarut-larutnya penentuan keputusan atau bungkamnya sorak sorai manusia ditikam keputusan yang diambil dengan bantuan mesin.

Atau lebih buruk lagi, munculnya narasi para pecundang yang menyebut VAR hadir hanya dan hanya untuk memberi keuntungan bagi salah satu kubu dalam sebuah pertandingan.

Baca juga: Ofisial VAR akui luput hukum Lo Celso dalam laga Chelsea vs Tottenham
Baca juga: Di Swiss, Klopp desak UEFA perbaiki VAR
Baca juga: Mourinho kesal atas inkonsistensi VAR

Baca juga: Drama VAR di Liga Inggris

Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2020