Amman (ANTARA News/Reuters) - Raja Jordania Abdullah telah menunjuk putera tertuanya yang masih dibawah 17 tahun, Hussein, sebagai pewaris takhtanya, demikian satu pernyataan Istana Raja Jordania, Jumat.

Hussein (15) yang ibunya Ratu Rania merupakan keturunan Palestina akan segera menerima gelar dan hak istimewa dari jabatannya, kata sang ayah dalam satu titah raja yang dikeluarkan Kamis kemarin.

Tradisi dinasti Hashimiyah Jordania menurut konstitusi 1952 memberikan warisan takhta itu kepada putera tertua tetapi raja menahan opsi itu dengan menunjuk seorang saudara laki-laki.

Abdullah menggantikan ayahnya Raja Hussein yang telah memerintah Jordania selama hampir lima dasawarsa hingga wafat karena penyakit kanker pada 7 Februari 1999.

Jabatan putera mahkota kosong sejak Abdullah pada 2004 memecat sudara tirinya Pangeran Hamza sebagai pewaris takhta dalam tindakan yang membuat kekuasannya terkonsolidasi dan meratakan jalan bagi suksesi putera mudanya.

Raja Abdullah yang sekutu terpercaya AS itu berhasil membawa stabilitas politik ke negara itu dan memperoleh keterkenalan sebagai seorang pemimpin Arab yang menonjol yang pesan apa adanya bergema, khususnya di forum-forum Barat.

Banyak warga Jordania melihat keluarga Hashimiyah itu sebagai kekuatan yang mempersatukan negara yang sebagian besar penduduknya keturunan Palestina yang keluarganya menetap setelah perang Arab-Israel. Komposisi penduduk seperti inilah yang membuat kerajaan itu di pusat konflik. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009