Jakarta (ANTARA News) - Departemen Luar Negeri menyatakan terus memantau perkembangan nasib 11 orang Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjadi Anak Buah Kapal (ABK) korban pembajakan di Teluk Aden, Yaman pada Desember 2008.

Juru bicara Departemen Luar Negeri, Teuku Faizasyah, kepada pers di Jakarta, Jumat, menyatakan turut prihatin dengan para ABK berkewarganegaraan Indonesia yang masih ditahan oleh perompak hingga kini.

Namun pihaknya terus memantau perkembangan melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) terdekat di Nairobi, Kenya dan terakhir sempat disepakati proses negosiasi antara perompak dan pemilik kapal.

"Proses negosiasi sebenarnya telah mendekati tahap akhir karena telah disepakati sejumlah uang yang akan ditransfer oleh pemilik kapal, namun terjadi perpecahan di internal perompak," ujarnya.

Menurut dia, kapal patroli Angkatan Laut Malaysia pernah mencoba merapat ke kapal yang dibajak oleh para perompak, tetapi tindakan itu menimbulkan dampak yang riskan terhadap nasib para ABK.

Ke-11 orang WNI dan para ABK lainnya kini dipastikan telah berada di darat pada suatu tempat yang belum diketahui keberadaannya, kata dia.

Belasan WNI adalah penumpang kapal penarik milik Masindra Shipping Sdn Bhd yang bermarkas di Port Klang, Malaysia.

Kapal tersebut dilaporkan disewa untuk perusahaan minyak asal Prancis, Total SA dan dibajak oleh perompak saat berlayar menuju Malaysia di Teluk Aden, Yaman.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009