Beijing (ANTARA News) - Setidaknya 55 warga negara Indonesia (WNI) di China telah dikarantina oleh pemerintah China terkait dengan makin merebaknya flu A/H1N1 di negara itu, kata Dubes RI untuk China Sudrajat.

"Setidaknya 55 warga Indonesia yang ada di China telah dikarantina menyusul adanya dugaan tertular flu H1N1. Tapi dari keseluruhan itu ternyata tidak ada yang positif atau meninggal namun hanya terduga," katanya di Beijing, Senin.

Hal tersebut dikemukakan dubes menanggapi adanya sejumlah warga Indonesia di China yang telah dikarantina pihak berwenang China. Dubes dalam pernyataan itu didampingi oleh Kepala Fungsi Pelaksana Protokol Konsuler KBRI Beijing Krishna Adi Poetranto dan Kepala Fungsi Pelaksanan Sosial Budaya KBRI Beijing Rosmalawati Chalid.

Jumlah sebanyak itu tersebar di Beijing sebanyak 17 orang, di Shanghai 32 orang dan di Hangzhou provinsi Zhejiang sebanyak enam orang. Jumlah itu tidak termasuk yang berada di wilayah kerja Hong Kong dan provinsi Guangdong.

Menurut dubes, dari jumlah itu terdapat yang sudah keluar dari lokasi karantina tapi ada juga yang masih dalam suatu ruangan isolasi. Tapi setelah diperiksa medis lebih lanjut dilaporkan tidak ada yang tertular atau memiliki gejala flu H1N1.

Sudrajat menjelaskan bahwa seluruh warga Indonesia yang dikarantina tersebut adalah pendatang yang berkunjung ke China yang ketika di dalam pesawat terdapat salah satu penumpang yang mengidap flu mematikan itu.

Sesuai dengan prosedur yang diterapkan pemerintah China, katanya, karena dalam satu pesawat terdapat penderita maka seluruh penumpang harus menjalani karantina di suatu tempat, termasuk diantaranya beberapa penumpang yang berasal dari Indonesia.

Ketika dikarantina, warga Indonesia termasuk warga negara lain tidak diperkenankan melakukan kontak fisik atau langsung dengan siapapun termasuk dengan staf KBRI Beijing yang berupaya untuk menemui mereka.

"Masyarakat Indonesia yang dikarantina tidak dipernenankan melakukan kontak atau komunikasi langsung dengan orang lain termasuk dari staf KBRI Beijing yang mencoba menemui. Hubungan hanya bisa dilakukan melalui telepon," kata Sudrajat.(*)

Pewarta: Luki Satrio
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009