Mazar-i-Sharif, Afghanistan (ANTARA News/AFP) - Tujuh prajurit ISAF tewas dalam serangan-serangan di Afghanistan, Senin, sementara Taliban mengumumkan akan melawan serangan marinir AS terhadap markas mereka dengan operasi gerilya.

Empat prajurit AS yang bertugas untuk Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO tewas ketika sebuah bom meledakkan kendaraan mereka pada saat mereka melewati sebuah jembatan di provinsi Kunduz, Afghanistan utara, kata beberapa pejabat Afghanistan dan internasional.

Pejabat-pejabat Afghanistan dan kementerian petahanan Jerman, yang bertanggung jawab atas pasukan ISAF di wilayah utara, mengatakan, keempat prajurit yang tewas itu adalah warga AS.

"Kami mengetahui hari ini bahwa empat prajurit AS tewas di daerah Kunduz akibat ledakan IED (bom improvisasi)," kata jurubicara kementerian itu, Thomas Raabe, pada jumpa pers di Berlin.

Prajurit-prajurit itu bertugas melatih polisi Afghanistan, kata kepala intelijen Kunduz Jendral Abdul Majid Azimi kepada AFP.

Kepala kepolisian Kunduz Abdul Razaq Yaqoubi mengatakan, dua orang tua yang sedang lewat juga tewas dan dua anak cedera akibat ledakan itu.

Seorang jurubicara Taliban, Zabihullah Mujahed, mengatakan, milisinya bertanggung jawab atas serangan itu. Kelompok muslim garis keras Hezb-i-Islami juga aktif di wilayah Kunduz, yang akhir-akhir ini mengalami peningkatan serangan oleh gerilyawan.

Dalam pengumuman terpisah, ISAF mengatakan bahwa dua prajuritnya yang lain tewas dalam ledakan bom di Afghanistan selatan, namun tidak ada penjelasan lebih lanjut mengenai hal itu, termasuk kewarganegaraan mereka.

Seorang prajurit lain ISAF juga tewas setelah terluka dalam serangan gerilya di Afghanistan timur, kata ISAF dalam pernyataan terpisah tanpa penjelasan terinci.

Senin pagi, seorang penyerang bunuh diri meledakkan kendaraannya yang membawa bom di luar markas ISAF di kota Kandahar, Afghanistan selatan.

Serangan yang juga diklaim oleh Taliban itu menewaskan dua supir truk Afghanistan dan mencederai 11 orang lain Afghanistan, termasuk dua prajurit, kata panglima angkatan darat Jendral Shair Mohammad Zazai kepada AFP.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan aksi perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Dalam salah satu serangan paling berani, gerilyawan tersebut menggunakan penyerang-penyerang bom bunuh diri untuk menjebol penjara Kandahar pada pertengahan Juni tahun lalu, membuat lebih dari 1.000 tahanan yang separuh di antaranya militan berhasil kabur.

Taliban telah memperingatkan bahwa mereka akan meningkatkan serangan terhadap pasukan Afghanistan dan pasukan internasional yang mendukung mereka.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer.

Antara 8.000 dan 10.000 prajurit internasional akan bergabung dengan pasukan militer pimpinan NATO yang mencakup sekitar 60.000 personel di Afghanistan untuk mengamankan pemilihan presiden Afghanistan pada 20 Agustus, kata aliansi itu.

Pemberontakan meningkat dalam beberapa pekan terakhir ini, yang menambah kekhawatiran mengenai keamanan dalam pemilihan presiden Afghanistan yang kedua itu.

Pemilu yang akan menetapkan presiden dan dewan provinsi itu dipandang sebagai ujian bagi upaya internasional untuk membantu menciptakan demokrasi di Afghanistan, namun pemungutan suara tersebut dilakukan ketika kekerasan yang dipimpin Taliban mencapai tingkat tertinggi.

Terdapat sekitar 90.000 prajurit asing, sebagian besar dari AS, di Afghanistan untuk memerangi Taliban dan membantu melatih pasukan Afghanistan.(*)

Pewarta: Luki Satrio
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009