Jakarta (ANTARA News) - Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menyatakan, perolehan suara pasangan SBY-Boediono yang mencapai 60 persen berdasar hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei membuktikan bahwa rakyat memang menginginkan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2009 hanya berlangsung satu putaran.

"Terbukti kalau rakyat memang menginginkan satu putaran," kata Sekretaris Jenderal DPP PKB Lukman Edy saat dihubungi di Jakarta, Rabu.

Menurut hasil hitung cepat (quick count) tiga lembaga survei, yakni Lingkaran Survei Indonesia, Lembaga Survei Indonesia, dan Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), pasangan SBY-Boediono unggul jauh di atas dua kontestan lainnya yakni pasangan Megawati-Prabowo Subianto dan Jusuf Kalla-Wiranto.

Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menyebutkan secara nasional raihan suara SBY-Boedino 60,17 persen dari 97,80 persen data yang masuk. Sementara hasil hitung cepat LP3ES raihan suara SBY-Boediono dan versi Lembaga Survei Indonesia 60,82 persen.

"Kalaupun nanti perolehan suara SBY-Boediono ada penurunan, paling tidak akan banyak. Kami tetap optimistis pilpres kali ini hanya satu putaran, meski ada yang masih menyakini dua putaran," kata Lukman yang juga ketua tim pemenangan pasangan SBY-Boediono di internal PKB.

Terkait sebaran perolehan suara SBY-Boediono yang oleh UU Pilples disyaratkan harus memperolehan minimal 20 persen di lebih dari setengah jumlah provinsi, menurut Lukman tidak ada masalah. Ia yakin syarat itu telah dipenuhi calon "incumbent" tersebut.

Lebih lanjut Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal itu meminta semua pihak menerima hasil pilpres dan menahan diri agar situasi pascapilpres tetap kondusif.

"Yang menang tentu mesti merangkul yang kalah, demikian juga yang tidak menang sebaiknya berbesar hati mengakui yang menang. Kita tentu tetap harus mengedepankan semangat ke-Indonesia-an," katanya.

Sementara itu ketika ditanya tentang kemungkinan jatah kursi menteri yang akan diperoleh PKB, Lukman enggan menjawab. Menurutnya, hal itu belum dibicarakan.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009