Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pihaknya tetap mewaspadai pelemahan dolar AS terkait dengan adanya kemungkinan dampak negatif yang bisa terjadi terutama di kawasan Asia.

Menurut dia, di Jakarta, Rabu, kalau dolar melemah yang merugi adalah negara-negara yang punya reserve (cadangan) dolar banyak seperti Jepang, China, Taiwan dan Indonesia juga punya.

"Jadi negara-negara Asean itu akan mendapat dampak negatif atau hukuman dari melemahnya dolar. Bukan Amerika Serikat yang merasakan," katanya.

Menurut Menkeu, pelemahan dolar tersebut saat ini dirasa masih belum mengkhawatirkan. Namun dalam jangka panjang akan terus dicermati karena akan merugikan Indonesia terutama di sisi ekspor.

Ia mengatakan, untuk sektor sumber daya alam seperti perkebunan dan perusahaan-perusahaan sektor perkebunan akan terkena imbasnya bila dolar melemah tajam.

Dan bila ini terjadi maka dampaknya akan lebih terasa di luar Jawa karena kebanyakan perusahaan yang berorientasi berada di luar Jawa.

Untuk itu, bila hal ini terjadi, menurut dia, pemerintah harus sigap untuk membuat kebijakan yang dinamis sesuai dengan tuntutan keadaan.

Ia mengatakan, kekhawatiran terhadap pelemahan dolar di dunia dipicu oleh banyaknya dolar yang diciptakan pemerintah AS untuk membiayai kerugian akibat krisis keuangan yang terjadi.

Otoritas moneter AS,The Fed harus membiayai kerugian perbankan AS karena surat-surat utang beracun yang dimilikinya. Disisi lain, pemerintah juga harus memompakan uangnya melalui berbagai stimulus yang diciptakan agar perekonomian AS tetap jalan.

Menkeu mengatakan, pembengkakan defisit AS yang terjadi saat ini dinilai sudah besar. Apalagi dengan adanya rencana stimulus baru dari Presiden Obama. Sehingga hal ini diperkirakan akan membuat pelemahan terhadap dolar semakin kuat.

Untuk itu, menurut dia, wacana penggunaan mata uang dalam bentuk non dolar AS dalam perdaganagan juga dilakukan secara hati-hati agar tidak menimbulkan gejolak nilai tukar.

Disisi lain, keinginnan untuk mengurangi tekanan terhadap mata uang dolar juga dilakukan. Untuk mengurangi eksposur dolar dalam perdagangan internasional, beberapa negara melakukan kebijakan bilateral dengan menggunakan mata uang negara setempat dalam perdagangan dua negara.

Proses tersebut juga tengah dilakukan Indonesia dengan dua negara yaitu dengan China dan Jepang melalui kerjasama "bilateral currency" swap arrangement (BCSA/pertukaran mata uang). Sehingga diharapkan akan mengurangi dampak dari gejolak dolar AS dimasa mendatang.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009