Washington (ANTARA News) - Pasukan Amerika menderita kerugian terbesar pada 2008 sejak dimulainya perang Afghanistan, menyusul kebangkitan kembali Taliban dan Al-Qaeda, sebaliknya pasukan negara adidaya itu menderita kematian terendah di Irak dengan semakin membaiknya keamanan dalam enam tahun berlakangan ini. Menurut angka yang dirilis laman web independen icasualties.org, sebanyak 314 tentara AS tewas di Irak pada 2008, menurun hampir dua pertiganya dari 904 orang pada tahun sebelumnya. Tahun 2007 merupakan tahun yang paling mematikan bagi militer AS di Irak, sejak dilancarkannya invasi pimpinan AS pada 2003. Seluruhnya ada 4.221 serdadu Amerika yang tewas dalam perang di Irak, dengan biaya yang dikeluarkan mencapai ratusan miliar dolar. Sebaliknya di Afghanistan, kecenderungan itu malahan sebaliknya, dengan terbunuhnya 155 tentara AS pada 2008, naik dari 117 kematian pada 2007. Perang yang dilancarkan AS pada 2001 untuk mendongkel pemerintah Taliban itu telah menyebabkan tewasnya 630 tentara AS. Dengan Washington akan melipatgandakan kehadirannya di negara miskin itu, lewat pengerahan 30.000 orang pasukan balabantuan, maka jumlah tentara AS yang menemui ajal di Afghanistan boleh jadi akan cenderung meningkat di sana, para pejabat militer penting AS mengakui secara diam-diam. Sekitar 70.000 tentara asing sudah digelar di Afghanistan di bawah kendali AS atau pengawasan NATO. Kematian pasukan non-Amerika mencapai 138 orang pada 2008, naik dari 115 orang pada tahun sebelumnya. Jumlah pasukan dari hampir 40 negara itu diperkirakan juga akan ditingkatkan. Jumlah ledakan bom rakitan di Afghanistan telah berlipat dua pada 2008 menjadi sekitar 2.000, kata kedubes AS di Afghanistan. Bom rakitan yang dipasang di tepi jalan tersebut merupakan pembunuh nomor satu bagi pasukan AS di Afghanistan, kata militer AS, seperti dilaporkan AFP. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2009