Jakarta (ANTARA News) - Pengamat ekonomi dan perbankan Dr Muslimin Anwar yang juga staf pengajar program Magister Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia mengatakan, target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,5 persen hingga akhir tahun 2009 sulit tercapai.

"Saya perkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga akhir 2009 tidak bisa mencapai 4,5 persen, karena masih belum membaiknya konsumsi swasta seiring melemahnya daya beli masyarakat akibat turunnya penghasilan dan meningkatnya PHK belakangan ini belum terselesaikan," kata dia di Jakarta, Sabtu.

Walaupun telah dilakukan pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT), kenaikan gaji PNS, dan masih adanya transfer dari para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri trend-nya menurun seiring dengan PHK yang mereka alami akibat merosotnya aktivitas perekonomian di negara mereka bekerja, katanya.

Dia menambahkan, harus diakui bahwa sampai dengan akhir tahun 2009 sisi permintaan dalam negeri yang disumbang oleh pengeluaran Pemilu cukup besar baik dari pemerintah, swasta, maupun para capres dan cawapres serta tim suksesnya, merupakan motor penggerak pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan belanja pemerintah.

Karena itu, dengan terputusnya satu mata rantai belanja pemerintah dan konsumsi rumah tangga karena tak terjadinya pemilu putaran kedua, otomatis efek multiplier belanja pemilu tersebut menjadi terhenti.

"Pemilu legislatif dan Pilpres yang dipandang sebagai stimulus bagi sejumlah sektor, seperti sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor industri pengolahan, sektor keuangan, persewaan dan jasa, serta sektor jasa-jasa lain tak lagi berdenyut," tegasnya.

Hal ini tentunya akan mengancam pertumbuhan ekonomi nasional sampai akhir tahun 2009 yang pada awalnya diprediksi berada pada kisaran atas 3,5-4,0 persen menjadi cenderung berada pada kisaran bawah rentang tersebut, katanya.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebelumnya optimistis pertumbuhan ekonomi pada tahun ini bisa mencapai 4,5 persen dengan terus stabilnya kondisi makro ekonomi dan politik di Tanah Air.

Menurutnya, kalau kondisi politik stabil dan masalah-masalah dalam pilpres dapat dicarikan solusinya secara damai serta makro ekonomi dikelola dengan baik, ia optimis investasi akan bergerak lebih cepat.

"Meskipun sasaran kita pertumbuhan 4,5 persen, selalu ada kemungkinan untuk mencapai lebih dari itu," kata Presiden usai sidang kabinet terbatas pertamanya pasca pilpres di Kantor Presiden Jakarta, Kamis.

Presiden juga memperkirakan laju inflasi tahun ini hanya sebesar empat persen, sehingga suku bunga acuan (BI rate) bisa mencapai 6 persen pada akhir tahun ini. Sementara nilai tukar rupiah yang diperkirakan terus stabil dengan masuknya investasi asing. (*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009